Malem pak, malem bu, malem sodara - sodara sebangsa dan setanah air. Ngartikel ini diniatkan untuk sedikit koplak, sedikit serius, kalo dirasa lucu ya jangan lupa mengisi celengan di pojok sana. Kalo ndak lucu? Ya dimohon kerelaannya untuk menganggap lucu. Yaakk, kita mulai saja.
Ini cerita tentang seorang setap pentri (baca : staf pantry). Setap pentri? Apalagi itu? Hmmmm kalo misalkan di kantor ada pegawai yang lebih sering terlihat di dapur alias pentri dibanding bekerja serius di meja kerjanya, seperti saya misalnya, naaahh itu contoh nyata dari setap pentri. Walaupun termasuk kategori pegawai yang mengkorupsi jam kerja bukan berarti seorang setap pentri ndak punya sesuatu yang bermanfaat. Seorang setap pentri biasanya cukup terdepan dalam masalah pergosipan di kantor, kan pantry sering menjadi terminal untuk bergosip. Siapa pegawai mana yang lagi patah hati, pegawai mana yang baru naik pangkat, yang gajinya dipotong, atau yang habis kena hujan lokal di ruangan atasan, naahhh biasanya setap pentri tau banget tentang itu.
Karena pentri termasuk lokasi curcol para pegawai, biasanya seorang setap pentri sering merangkap sebagai psikiater yang menampung segala keluh kesah (ceileeee bahasanya) plus motivator bagi pegawai yang lagi anjlog semangatnya. Tapi sodara - sodara, ternyata oh ternyata, segala kalimat yang memotivasi terkadang bisa punya arti yang berbeda bagi pegawai yang sedang galauw. "Your job is not your career," begitu yang pernah diungkap oleh seorang Mario Teguh. Artinya bahwa pekerjaan kita saat ini bukanlah berarti karir kita selamanya. Misal saja seorang setap pentri boleh saja dong bercita - cita di kemudian hari jadi setap ruang rapat (lhaaa itu sih sama aja :D). Maksudnya, walaupun hari ini jadi pegawai dengan gaji 5 koma (maksudnya baru tanggal 5 isi dompetnya sudah "koma"), tapi tidak menutup kemungkinan untuk di kemudian hari menjadi seorang pengusaha. Tapiii.... ada yang membuat plesetan begini, "Job (baca : jab) itu jenis pukulan tinju. Kalo karir itu tas buat naik gunung. Jadi ya memang bener kalo job itu ndak sama dengan karir". Maksudnya? Ndak tau, saya juga bingung....
Dulu tuh yaa, ada pak boss yang pernah ngasi nasehat ke setap pentri. Katanya begini, "Supaya sukses, bekerja itu harus dengan passion. Kamu kalo jadi pegawe teladan telatan, males-malesan terus kapan berhasilnya?". Maksudnya si boss itu supaya kalo kerja itu harus penuh semangat, bukan sekedar dateng ngisi absen trus sore pulang teng-go. Suatu hari si setap pentri dengan sok taunya mengulang kalimat yang sama ke seorang karyawan yang kebetulan sedang sutris karena kebanyakan lembur. Si pegawaipun membalas, "Iya mase, harus pake passion biar sukses. Lha kalo kebanyakan passion tapi ndak pernah sukses trus gimana?". "Ya jadi passien rumah sakit jiwa tho. Gitu aja kok repot", jawab sang setap pentri sambil nyeruput kopi. #glodagh
Di suatu hari si setap pentri bertanya pada seorang pegawe yang sedang puyeng tujuh keliling lapangan bola (itu sih bonus capek, bukan cuma puyeng) memikirkan masalah pekerjaan. "Mase kan pinter ya. Anu, tadi aku denger bossnya situ nyebut - nyebut masalah inopa... eh apa tadi.... itu lhooo inovasi. Apa tho itu?", tanya si setap pentri sambil mengaduk-aduk secangkir kopi. Si pegawe yang lagi mumet langsung menjawab dengan nada nyolot, "Inovasi itu ya mas. Sesuatu yang bikin situ dicaci maki kalo ndak berhasil. Tapi kalo berhasil, pasti ada orang lain yang ngaku - ngaku kalo itu kerjaannya dia" #lemparsepatu
Yang namanya setap pentri pun juga ingin naik gaji. Ya kalo naik kan lumayan, bisa beli android terbaru buat menggantikan ponsel yang ngakunya smart tapi cuman bisa buat chatting sama buka facebook tok til. Nah, di suatu hari setap pentri bertemu dengan menejer HRD yang kebetulan sedang menghilangkan puyeng di pantry. Ndak pake basa - basi setap pentri pun langsung nembak, "Mase, aku kan udah lama ndak naik gaji. Gimana kalo gini aja, gajiku ndak usah naek tapi diubah ke dolar aja. Kalo dolar amerika kemahalan ya dolar singapur juga boleh kok." Sang menejer HRD yang lagi puyeng pun langsung posting komentar eh membalas, "Boleh, tapi jangka waktunya juga disesuaikan. Kalo biasanya digaji tiap sebulan, nanti digajinya tiap seabad trus bayar di belakang. Mau?"
Sekali lagi, mohon dimangapkan kalo memang garing, maklumlah yang nulis sedang mati ide. Sekian dan terimakasih.
Jakarta 2012-04-11
Artikel ini didukuni oleh @koplakyoband
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H