[caption id="attachment_188086" align="aligncenter" width="631" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption] Sejatinya, logo 100% Cinta Indonesia adalah logo yang digunakan untuk menandai barang - barang produksi dalam negeri. Sebuah inisiatif yang dilakukan oleh Kementrian Perdagangan sejak tahun 2009 untuk membangkitkan kebanggaan terhadap produk lokal. Tapi, apa jadinya jika logo tersebut ditempelkan pada sebuah produk yang mencantumkan emboss buatan negara lain? Beberapa waktu yang lalu, saya menjumpai sebuah produk yang cukup unik itu di sebuah pasar modern. Produk tersebut adalah sebuah sepatu casual yang mempunyai merk lokal. Merk tersebut sudah cukup lama malang melintang dalam industri alas kaki. Saya lupa kapan persisnya merk tersebut beredar di pasaran, tapi mungkin sudah 10 tahun yang lalu dan beberapa kerabat sayapun juga sudah cukup lama menggunakannya. Awalnya saya tertarik dengan desainnya yang selintas mirip dengan sebuah produk impor dari salah satu negara barat sana yang (pastinya juga) sudah muncul barang KW-nya di pasaran lokal. Pertama yang saya perhatikan pasti label harganya :) Buat apa membayar lebih untuk sepatu casual kalo safety shoes menawarkan fasilitas lebih maksimum untuk melindungi kaki. Toh tujuan utama penggunaan alas kaki kan untuk keamanan dan kenyamanan? Ndak iya tho? Harga yang ditawarkan yaaahh relatif lah, tapi yang menarik adalah adanya logo seperti di atas yang menandakan bahwa sepatu tersebut adalah produksi lokal, selain itu tercantum juga lokasi produksinya yang masih berada di pulau Jawa. Ketika sepatu tersebut saya balik untuk melihat ukurannya..... jreng.... Kok di bagian sol tercantum emboss bahwa barang tersebut bikinan China? Nah lho? mana yang benar? Selain itu, penomoran yang digunakan mengikuti standar Amerika/Inggris (0-14), bukan penomoran standard Eropa (32-49) yang setau saya lebih umum untuk digunakan pada produk sepatu di Indonesia. Oh ya, ketika saya perhatikan barang yang lainnya, di bagian bawahnya tertempel label bertuliskan "buatan indonesia" yang ditempel menutupi emboss "made in china". Pastinya saya hanya bisa menduga - duga berbagai kemungkinan seperti di bawah ini.
- Barang tersebut memang produksi lokal tapi menggunakan cetakan aseli dari China yang belum diubah cetakan embossnya.
- Kemungkinan terburuk adalah barang tersebut memang barang import yang dilabel ulang seakan - akan produksi lokal, sambil menunggu kesiapan pabrik untuk berproduksi  secara lokal
![13369668061859726649](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/556260080423bd6f448b4568.jpeg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI