Mohon tunggu...
Geger Halang
Geger Halang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seperti manusia pada umumnya.

Aku adalah manusia yang mempunyai satu hidung, dua lubangnya; dua mata, bisa melihat; satu mulut, ada lidah, bibir, dan giginya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perkawinan Sedarah dan Ketidaktahuan Buyut Agung

15 Maret 2021   21:47 Diperbarui: 15 Maret 2021   21:49 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikahan sedarah atau inses itu jelas terlarang. Bukan tanpa alasan, selain karena nilai-nilai yang dianut kebanyakan masyarakat kita, inses memang berbahaya bagi kesehatan. 

Dikutip dari hellosehat: mamalia, dan kebayakan hewan lainnya, dan beberapa tanaman tertentu, telah berevolusi untuk menghindari perkawinan sedarah, dalam bentuk apapun. Kebanyakan hewan bergerombol---layaknya singa, primata, anjing---mendepak atau mengusir para jantan muda dari gerombolannya, guna menghindari perkawinan sedarah dengan saudara betinanya. Bahkan lalat buah memiliki mekanisme penginderaan untuk menghindari kemungkinan perkawinan sedarah di kelompoknya. Sehingga populasi mereka tetap mempertahankan keanekaragaman genetik dari perkawinan acak.

Begitulah, keanekaragaman genetik sebagai kata kunci untuk menghindari perkawinan sedarah. Sebab, perkawinan sedarah adalah sistem perkawinan antar dua individu yang terkait erat secara genetik atau garis keluarga. Dan, itu berbahaya. Kurangnya variasi genetik dalam perkawinan sedarah, kemungkinan besar dapat berdampak buruk bagi kesehatan dua individu dan kelak anak-nya. Apakah kamu merinding membaca ini? Tidak ya. Ya, toh ini bukan cerita horor.

Jadi, sekarang, mengapa setiap manusia itu unik dan berbeda? Ya, karena perkawinan acak. Karena keanekaragaman genetik. Saya pernah dengar pepatah inggris, like father like son. Yang artinya, suka-suka bapak buat anak. Eh maaf, saya bisa diomeli kaum feminis-feminis club kalau begitu. Sebab, pembuatan anak (seks) itu tidak suka-suka bapak. Harus ada kesepakatan antara suami dan istri. Suami punya otoritas atas tubuhnya sendiri, begitu pun istri. Wadaw, kok jadi ke situ? Yang artinya, anak laki-laki itu mirip bapaknya. Dan, pepatah inggris itu tidak berhasil menguatkan argumen saya tentang perkawinan acak. Tapi, dibuang-sayang.

 Oleh karena itu, saya tidak heran, menemukan cerita rakyat yang berkisah tentang cinta tapi sedarah. Yakni, tentang Asal-usul nama Luragung, sebuah desa di Kabupaten Kuningan...

Sinopsis. Hiduplah seorang Buyut Rangga Kencana, yang juga dikenal sebagai Buyut Agung. Ia tinggal sendiri. Kata filsuf terkenal, manusia butuh teman, butuh pendamping. Maka, Buyut Agung memanggil adik kandungnya, Buyut Rangga Kencanawati. Sebagaimana Buyut Agung yang tampan, Buyut Kencanawati pun cantik. Tinggallah mereka bersama-sama.

Kemudian waktu berlalu dan seperti hantu, cinta datang tidak terduga: mengendap di dada Buyut Agung. Buyut Agung jatuh cinta kepada Buyut Kencanawati, adik kandungnya sendiri.

Untuk kelanjutannya, cerita rakyat yang digarap oleh Dapur Sastra dalam bentuk vidio lukisan pasir, bisa ditonton di sini. Atau, versi teksnya saja, bisa dibaca di sini nih.

Kembali ke cintanya Buyut Agung, kenapa saya bilang saya tidak heran, mungkin pada jaman itu, Buyut Agung belum pernah membaca artikel dari hellosehat. Atau, mungkin belum ada hellosehat. Hehehe.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun