Keterlibatan pasukan Pohgading dalam perang Praya juga tertulis dalam bukunya Kraan, halaman 29.
Perang Praya atau lebih dikenal dengan Congah Praya melibatkan rakyat Sasak Timur dengan Karangasem Mataram, selanjutanya saya sebut Mataram.
Adapun sebab terjadinya perang dapat saya uraikan sebagai berikut;
Pada saat raja Mataram Anak Agung Gde Ngurah Karangasem memasuki usia sepuh, pada 1884, tugas pemerintahan diserahkan pada anak tertuanya yang bernama Anak Agung Made Karangasem. Di bawah pemerintahan AA Made, banyak kebijakan yang merugikan kepentingan orang Sasak. Pendeknya, AA Made tidak adil dalam memerintah.
Selanjutnya adalah adanya penolakan Praya untuk melaksanakan Apeti Getih (wajib militer), yang mana pada 22 Juni 1891, raja memerintahkan pengiriman pasukan Sasak ke Karangasem Bali dengab tujuan membantu Mataram yang tengah berperang melawan Klungkung.
Sedangkan menurut Alfons Van Der Kraan bahwa perlawanan rakyat Sasak terhadap Mataram, sebenarnya adalah upaya dari beberapa ningrat Sasak dalam menegakkan pengaruh dan kekuasaanya, yang mana selama diperintah oleh Mataram, kekuasaan dan wewenang mereka banyak dibatasi oleh penguasa Mataram.
"Watak awalnya pada hakekatnya adalah watak perjuangan antara golongan aristokrasi (perwangsa) Â yang bercita-cita tinggi sebagai golongan yang kokoh (triwangsa)". (Alfons Van Der Kraan; Lombok, Â Penaklukan, Penjajahan dan Keterbelakangan 1870-1890; Â hal 28).
Perang Praya meletus pertama kali pada 7 Agustus 1891. Perang ini dipimpin oleh Mamiq Bangkol dari Praya. Beberapa nama juga tercatat sebagai pimpinan perang Praya, antara lain Mamiq Sapian dari Praya, Mamiq Mustiaji dari Kopang, Mamiq Nursasi dari Sakra, Mamiq Ginawang dari Batukliang, Raden Wiranom dari Pringgabaya dan Raden Melaya Kusuma dari Masbagek.
Perang ini juga merupakan ajang bersatunya beberapa trah yang ada di Lombok, mulai dari trah Selaparang, Arya Banjar Getas, Pejanggik, Sakra dan trah trah lainya.
Nama Pohgading sendiri dalam babad Praya disebutkan pada pupuh Durma, bait 369,384, 404, 427, 431,432, 464 dan 467.
Bait 369 adalah bait yang pertama kali menyebut nama Pohgading. Bait itu berbunyi:
Anak Agung nde'na kocap
Tekocapang para raden para buling
Sanuga' ngiring le' puyung
Banjurna ta sangkepang
Te dawuhin mangdana nao' selapu'
Tingkah telu desa gen leka'
Pringga pita' Pegading.
Terjemahan bebasnya sebagai berikut:
Anak Agung tak tertuturkan, adapun para raden dan buling.
Semua hadir di Puyung
Lalu berapat lengkap, diundang agar tahu semua.
Ikhwal tiga desa yang akan maju
Pringga, Apitaik, Pohgading.