Kualitas pendidikan menjadi penentu mutu dari peserta didik. Pada saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia kurang baik, seperti yang dilansir Selasa, 13 Mei 2014 oleh Okezone “berdasarkan data The Learning Curve Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia, memaparkan jika Indonesia menduduki posisi akhir dalam mutu pendidikan di seluruh dunia”. Peserta didik sebagai output pendidikan yang tidak berkualitas akan memiliki kualitas yang kurang baik pula. Sebaliknya, peserta didik yang dihasilkan dari proses pendidikan berkualitas akan membentuk peserta didik produktif dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kualitas suatu pendidikan ditentukan banyak faktor, tetapi salah satu faktor yang esensial dalam proses mendidik adalah seorang pendidik.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Tanpa adanya pendidik, apalah arti pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada definisi pendidikan menyiratkan bahwa usaha secara sadar tersebut diamanahkan oleh seorang pendidik.
Pada bangsa ini, pendidik dikatakan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Berdasarkan pernyataan tersebut mengartikan pendidik merupakan model tauladan bagi murid-muridnya juga masyarakat. Pandangan ini didukung oleh pendekatan psikologis, bahwa pendidik merupakan salah satu social modeling di masyarakat. Namun pada kenyataannya marak fenomena perilaku oknum pendidik yang tidak pantas ditunjukan mulai dari tindakan kecurangan, kekerasan hingga tidakan asusila, seperti beberapa sampel kejadian yang terjadi belakangan ini, yaitu pencabulan yang dilakukan oknum guru Sekolah Dasar di Kupang dilansir Senin, 29 September 2014oleh Timor Express, dan sejumlah oknum guru di Tulungagung memanipulasi jam mengajar untuk mendapatkan hak tunjangan prestasi pendidik dilansir Minggu, 14 september 2014 oleh Berita Satu.
Kasus oknum pendidik membuat semakin tragis problematika dalam dunia pendidikan di Indonesia. Problema pendidikan Indonesia sudah sangat menjamur, mulai dari sistem kapitalisasi pendidikan yang membuat pendidikan layaknya ladang berbisnis hingga merambat pada problema pendidik yang tidak mencerminkan seorang yang bertanggung jawab dalam mendidik. Dengan rusaknya sistem pendidikan Indonesia bukan berarti menjadi kambing hitam bagi faktor penentu kualitas pendidikan Indonesia lain ikut menurun, termasuk faktor pendidik itu sendiri. Sistem memang akan mengikat kehidupan manusia tetapi manusia yang benar-benar hidup adalah manusia yang dapat menang tanpa mengkambing-hitamkan sistem yang ada dengan menyerah kepadanya. Kuncinya ada pada karakter manusia yang bertahan dan menang dalam sistem yang ada tanpa menjadi robot dalam sistem, yang pada akhirnya akan menggerakan dan melahirkan sistem baru. Karakter pendidik yang perlu dibenahi akan menjadi faktor penentu kualitas pendidikan dalam jalur formal, non-formal serta informal.
Pendidikan selalu bersifat positif tidak ada pendidikan yang mendidik keburukan. Contoh pendidik sempurna pada jaman jahiliyah Arab dahulu, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh Rosul. Rosul menerapkan pendidikan bukan hanya semata-mata ilmu pengetahuan, tetapi yang paling berperan besar adalah karakter Rosul sebagai pendidikan di sistem jahiliyah Arab yang sedikit demi sedikir mengikis sistem jahiliyah. Karakter merupakan hal yang terlewatkan sebagai modal utama pendidik dalam melaksanakan pendidikan. Dalam ilmu pedagogik menyatakan tiga landasan utama pendidik dalam mendidik, yaitu kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab. Tiga landasan tersebut sudah terkikis dalam pendidikan di Indonesia.
Karakter pertama pendidik yang dibangun adalah kasih sayang. Tanpa ada kasih sayang dalam pendidikan akan menimbulkan peristiwa penganiayaan pendidik pada peserta didik. Kasih sayang dalam pendidikan akan menimbulkan interaksi pendidikan yang nyaman antara pendidik dan peserta didik dengan baik. Ilmu, keterampilan atau sikap yang akan diajarkan menggunakan kasih sayang lebih terbentuk baik dan optimal ketimbang tanpa menggunakan kasih sayang. Tanpa ada kasih sayang proses pendidikan akan menjadi sekedar formalitas semata. Pendidik tidak perduli akan perkembangan peserta didiknya, pendidik bersikap sewenang-wenang dengan peserta didik dan bahkan dapat dikatakan tidak terjadi proses pendidikan. Sikap kasih sayang pendidik dapat menimbulkan sikap penerimaan tanpa syarat peserta didik tanpa pandang bulu. Pentingnya kasih sayang pendidik pada peserta didik akan menimbulkan kenyamanan peserta didik dalam proses pendidikan sehingga peserta didik berkembang secara optimal dan akan membentuk sikap kasih sayang pada peserta didik itu sendiri. Hukum timbal balik dalam pendidikan, apa yang pendidik berikan akan peserta didik berikan pula. Jadi, kasih sayang yang pendidik berikan pada peserta didik akan dibalas dengan sikap kasih sayang peserta didik pada pendidik dan masyarakat.
Tidak ada efek negatif dari sebuah kasih sayang. Isu dalam masyarakat ketika kita memberikan kasih sayang terlalu berlebihan kepada anak akan membuatnya manja. Isu tersebut merupakan konsep yang salah mengenai kasih sayang karena kasih sayang memiliki prinsip tidak membuat orang yang terkasihi menjadi tidak baik. Konsep kasih sayang itu memberikan yang terbaik, mengajarkan yang terbaik, menerima yang terbaik agar orang yang terkasih memiliki kehidupan yang terbaik. Jika peserta didik menjadi manja, maka pendidik sebenarnya bukan memberikan kasih sayang tetapi membiarkan peserta didik jatuh dalam jurang ketidakberdayaan diri dan hal tersebut bukan termasuk dalam sebuah kasih sayang.
Karakakter pendidik yang kedua adalah kewibawaan. Kewibawaan dalam pendidikan akan memperlancar proses pendidikan karena peserta didik telah mempercayai pendidik yang akan mengajarkan kebaikan pada dirinya. Seorang pendidik memerlukan suatu sikap dalam dirinya agar dapat mempengaruhi peserta didik. Jika pendidik tidak dapat mempengaruhi peserta didik maka pesan yang disampaikan oleh pendidik tidak akan tersampaikan pada peserta didik sehingga hal ini juga dapat dikatakan tidak terjadi pendidikan. Kewibawaan pendidik dapat ditimbulkan dengan memantapkan kepribadian yang baik, keilmuan yang luas dan sikap yang bijak dalam menanggapi kejadian yang ada maka kewibawaan dalam muncul dari dalam diri pendidik. Pengaruh pendidik sangat penting dalam proses mendidik peserta didik untuk dapat mengetahui ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan yang utama memiliki karakter baik serta menghormati norma yang ada. Pada dasarnya, pendidikan merupakan usaha mempengaruhi kebaikan. Pendidik dapat menularkan sikap kewibawaan pada peserta didik dengan memilikinya. Tidak akan terjadi tindakan sewenang-wenang dan tindakan memalukan lainnya jika pendidik memiliki karakter kewibawaan.
Karakter pendidik yang ketiga adalah tanggung jawab. Tanggung jawab sangat penting dimiliki oleh pendidik dalam mempertanggung jawabkan proses pendidikan yang telah dilakukan. Pendidikan bukan hanya sebuah yang harus dipertanggung jawabkan oleh atasan, tetapi tanggung jawab sebagai manusia, sebagai makhluk Tuhan, sebagai seorang dewasa/orangtua dan lain sebagainya. Dalam pendidikan, yang berhak menjadi pendidik adalah orang dewasa, yang mana dapat bertanggung jawab. Oleh karena itu, setiap pendidik harus memiliki sikap tanggung jawab yang merupakan syarat dikatakan sebagai pendidik. Pendidik yang memiliki sikap tanggung jawab akan melaksanakan proses pendidikan sebaik-baiknya karena pendidikan merupakan tanggung jawabnya bahkan perkembangan peserta didik adalah tanggung jawabnya. Dengan begitu, pendidik dapat menularkan sikap tanggung jawab pada peserta didik untuk menjadikan peserta didik dewasa secara mental dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan.
Kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab menjadi sebuah landasan pendidikan atau hal yang paling mendasar harus ada dalam proses pendidikan. Pendidik yang memiliki karakter tersebut akan membuat peserta didik berkembang secara optimal. Dengan memiliki sikap kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab maka pendidik dapat membuat peserta duduk mengaktualisasikan dirinya secara optimal atau dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam menjalani kehidupan. Menurut teori hirarki kebutuhan Maslow (Yusuf LN dan Nurihsan, 2011: 156) dalam pendekatan humanistik, manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, kebutuhan tersebut dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk selalu berkembang.
Hirarki kebutuhan Maslow dari tingkat terendah, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengakuan dan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estika, dan kebutuhan aktualisasi diri (Yusuf LN dan Nurihsan, 2011: 157). Seorang pendidik dapat membuat suasana kasih sayang, kewibawaan dan tanggung jawab dalam proses pendidikan akan menimbulkan rasa aman, pengakuan dan kasih sayang, penghargaan, kebutuhan kognitif, kebutuhan estika, dan kebutuhan aktualisasi diri dari peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga menjadi pribadi efektif dan mengembangkan potensi diri. Oleh karena itu, tiga karakter pendidik, kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab sangat penting untuk proses pendidikan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf LN, Syamsu dan Nurihsan, A Juntika. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Lok, Boy (Ed). (2014). Tindak Tegas Oknum Guru Cabul. [Online]. Tersedia di: http://www.timorexpress.com/kupang-metro/tindak-tegas-oknum-guru-cabul [Diakses 30 September 2014]
Epr (Ed). (2014). Dewan Pendidikan: Sejumlah Oknum Guru Di Tulungagung Manipulasi Jam Mengajar. [Online]. Tersedia di: http://www.beritasatu.com/nasional/209829-dewan-pendidikan-sejumlah-oknum-guru-di-tulungagung-manipulasi-jam-mengajar.html [Diakses 30 September 2014]
Lestarini, Ade H. (2014). Rangking Mutu Pendidikan RI di Dunia Paling Jeblok. [Online]. Tersedia di: http://kampus.okezone.com/read/2014/05/13/373/984246/rangking-mutu-pendidikan-ri-di-dunia-paling-jeblok [Diakses 30 September 2014]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H