Pada 2 November 2022, siaran televisi analog telah resmi dihentikan dan digantikan dengan siaran televisi digital. Hal ini sehubungan dengan peraturan perundang-undangan no. 11/2020 tentang cipta kerja, dimana pemerintah wajib mulai mengalihkan siaran televisi di wilayah NKRI dari sistem analog ke sistem digital. Program ini disebut juga sebagai ASO atau Analog Switch Off. Mulai saat ini, masyarakat sudah tidak bisa lagi mengandalkan antena konvensional untuk dapat menikmati siaran televisi nasional.
Peraturan ini mendapat berbagai respon dari berbagai kalangan masyarakat, terdapat pihak yang pro dan kontra akan keputusan penghentian siaran televisi analog ini, pasalnya masyarakat harus merogoh kocek 200-400 ribu untuk membeli Set Top Box agar dapat beralih ke siaran televisi digital. Penghentian siaran televisi digital bertujuan memaksimalkan pengalaman menonton yang lebih baik kepada semua penikmat televisi Indonesia, kualitas gambar yang jernih nan canggih menjadi embel-embel peraturan ini.Â
Masyarakat mau tidak mau mengikuti perubahan yang dicanangkan pemerintah dan mulai beralih ke siaran televisi digital agar dapat menikmati siaran televisi nasional.Â
Menurut saya, fenomena ini termasuk salah satu contoh modernitas cair Zygmunt Bauman karena masyarakat mengikuti segala jenis kemajuan dan bergerak seperti air, mengisi-ruang ruang dan mengikuti setiap perubahan dan menghadapi segala ketidakpastian yang terjadi di masa mendatang. Masyarakat yang dulunya memanfaatkan antena konvensional kini mengikuti perubahan berupa penggunaan siaran televisi digital guna mencapai kemajuan dan manfaat yang diperolehnya seperti peningkatan kualitas menonton televisi yang lebih baik lagi.
Saya mengenal teori modernitas cair dari artikel berjudul "Transformasi Modernitas Padat ke Modernitas Cair" yang ditulis oleh Made Kurniawan. Disana dijelaskan bahwa individu menjadi semakin apatis terhadap segala implikasi dari sistem ideologi dan pemerintahan. Sikap apatis inilah yang menjadi penyebab masyarakat tidak ikut larut pada "modernitas padat" (solid modernity), melainkan bersikap liberal dalam memasuki era "modernitas cair" (liquid modernity), yang diasumsikan sebagai sebuah pola baru yang membawa kemajuan sama-sama "modern", sedang mencari "kemajuan", akan tetapi kedua pola paradoksal soal "wajah modern" tersebut memiliki kelemahannya masing-masing. bakal melemahnya ekspansi ideologis yang melunturkan pengaruh "modernitas padat" (solid modernity).
Menurut pemahaman saya manusia seiring perkembangan waktu akan selalu menghadapi ketidakpastian dan perubahan yang disebabkan oleh kemajuan zaman, masyarakat bergerak seperti  air di sebuah ruang, tidak pasti arahnya dan akan mengisi ruang-ruang didalamnya saat terjadi perpindahan (liquid modernity). Dalam modernitas ini terjadi kebutaan etis dimana manusia mengalami pemisahan yang bersifat fungsional karena jarak sosial masyarakatnya yang semakin merenggang.
Zygmunt Bauman adalah seorang teoretis kritis dan sosiolog yang berasal dari Polandia. Beliau lahir di Poznan, Polandia pada 19 November 1925. Zygmunt Bauman merupakan intelektual paling berpengaruh di Eropa dengan karyanya yang dikenal mengkaji perubahan pada masyarakat kontemporer dan pengaruhnya terhadap komunitas serta individu. Pemikirannya dipengaruhi oleh Sigmund Freud, George Simmel dan Alaine Touriane.
Sumber :
"Transformasi Modernitas Padat ke Modernitas Cair", Made Kurniawan. 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H