Makan daging bisa saja aman bagi kita tetapi menjadi racun bagi orang lain. Artinya makanan yang sama dapat menimbulkan gejala-gejala negatif, bahkan mengancam jiwa bagi orang lain. Namun begitu, intoleransi makanan berbeda dengan alergi makanan. Intoleransi makanan adalah reaksi merugikan/negatif untuk makanan tertentu yang biasanya terjadi setiap kali dikonsumsi. Biasanya, gejala-gejala pada usus antara lain nyeri lambung dan rasa tak nyaman, diare dan muntah-muntah. Alergi makanan cenderung lebih parah karena melibatkan sistem kekebalan tubuh, ujar Dr. Law Ngai Moh, spesialis dalam gastro enterologi di Rumah Sakit Raffles Hospital di Singapura. Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah menduga sebuah makanan yang tak berbahaya, sebagai penyusup berbahaya. Lalu tubuh menghasilkan antibodi untuk memerangi makanan yang masuk kedalam. Selain gejala-gejala pada usus, reaksi terhadap alergi makanan, termasukl ruam-ruam berwarna merah, bibir dan mata membengkak dan sulit bernapas. Alergi makanan juga dapat berakibat fatal dan mematikan. Reaksi alergi yang akut atau yang disebut anaphylaxis dapat terjadi dalam waktu beberapa detik atau beberapa menit terpapar makanan tertentu. Bila tidak diobati dengan segera, korban akan tidak sadarkan diri dan bahkan meninggal. Beberapa makanan pemicu alergi yang umum terjadi termasuk telur, kacang tanah dan makanan laut seperti udang. Sedangkan intoleransi makanan, sekalipun umumnya terjadi jarang sekali membahayakan keselamatan jiwa. Orang yang mengalami intoleransi makanan masih dapat makan makanan tertentu meski dalam porsi sedikit tanpa menimbulkan gangguan. Namun, bagi mereka yang alergi makanan, makan dengan porsi sedikit sudah dapat memicu reaksi yang cepat dan parah.[thestraittime]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H