Bagaimana Tidak Bersyukur?!
By: Git Anggit - Geetanggit
Dulu kukira dengan banyak menepi dalam tepian yang menyudut kaku, kebenaran memang akan muncul dan, pada kenyataannya memang muncul.
Namun, bagaimana yang  seharusnya dan semestinya, jikalau hal yang seumpama itu memanglah benar adanya.
Bagaimana tidak?
Karena kebenaran itu selayaknya penuntun yang menuntut dan sekaligus penjelas yang sudah jelas. Jadi, mengapa kita tidak berpikir kembali mengingatkan diri kita sendiri terlebih dahulu, memberikan kesempatan yang begitu sehormat-hormatnya, sesayang-sayangnya kepada diri kita terlebih dahulu atau kawan, sebagaimana seperti kita?!
Itu terserah padamu, kawanku terbaik dan terhormat dan juga kesayangku yang begitu penuh-penuh kesayangannya?!.
Dan sebenarnya ataukah tepatnya, segenap keperluannya, kebenaran itu memanglah benar adanya.
Apakah kita akan menyadarinya di saat ia benar-benar menyeluruh.
Kesemuanya itu?!
Bagaimana,
Tidak?