Saya terharu bila setiap kali mendengar cerita Bapak saya tentang pemilu di zaman Orde Baru. Kata Bapak, jika masuk ke bilik suara, maka tangan kita akan dipegang dan paku diarahkan ke gambar Golkar.
Bapak masih ingat dan sebenarnya sangat anti dengan Golkar sampai saat ini. Bagaimanapun saya menjelaskan, bahwa Golkar yang dulu dengan yang sekarang adalah beda. Tetapi Bapak tetap berkata sama saja. Ya sudah, itu hak bapak saya untuk berpendapat.
Ini hanya sekedar catatan saya untuk kedua sosok yg dulu saling bermusuhan sepihak. Dan itu di pihak Bapak saya. Yaitu, Bapak Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasde (Nasional Demokrat). Entah karena Pak Paloh Berewok atau karena apa, yang jelas Bapak saya membencinya. Itu dulu sebelum Pak Paloh berada di pihak PDIP dan Ibu Megawati.
Untuk diketahui, Bapak saya sangat menghormati Bung Karno, dan sangat mencintai Presiden pertama Indonesia. Entah bagaimana ceritanya, semua keturunan Bung Karno, nama-namanya sampai hapal. Bahkan istri-istri Bung Karno dan darimana asalnya-pun hapal. Bagi Bapak saya, Putra-Putri Bung Karno adalah jiwa Bung Karno, itu kata Bapak saya. Saya sendiri tidak yakin bisa seperti Bapak saya atau tidak. Yang jelas, saya juga sangat mengagumi Bung Karno.
Lanjut ke Bapak Surya Paloh yang pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar, sepertinya itulah yang menyebabkan kebencian Bapak saya terhadap Beliau. Oh, benar, itu rupanya. Sampai dengan beberapa waktu yang lalu, setiap kali di layar televisi Metro TV; (televisi favorit Bapak saya); muncul Pak Paloh, maka dengan segera "chanel" remote control di"pencet" dan berpindah ke stasiun televisi lain. Saya sampai heran, sampai sedemikian rupa bencinya.
Lalu, saat usai pileg, Nasdem merapat ke PDIP untuk mendukung Joko "Jokowi" Widodo sebagai calon presiden, Bapak saya malah sering melihat tayangan pertemuan Pak Paloh (Nasdem) dan beberapa petinggi PDIP. Lo, kok bisa? Apa yang terjadi? Wah, ada yang aneh ini, "nggak" biasanya begini, pikir saya.
Saya hanya senyum-senyum saja melihat kelakuan Bapak saya waktu itu. Mungkin karna melihat gelagat yang tidak enak dari "Anak Lanangnya" ini, Bapak akhirnya bicara: "Pak Brewok ndukung Jokowi." "Oh....." Itu tanggapan saya sambil masih senyum-senyum. Bapakpun ikut senyum-senyum. Berarti jelas deh, permusuhan sepihak dan tidak diketahui oleh Bapak Surya Paloh sudah usai. Dan dengan catatan saya ini, saya ingin mengungkapkan perasaan gembira Bapak saya dengan permintaan maaf ke Bapak Surya Paloh. Hanya sebagai ungkapan tidak resmi dan saya hanya menyikapi perasaan gembira Bapak saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H