[caption caption="Sumber Foto: indonesiaone.org"][/caption]Beberapa teman sosmed sudah mulai nyinyir setelah tersiar kabar bahwa Zaskia Gotik dipilih menjadi Duta Pancasila oleh Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR. Saya yakin dalam waktu singkat, pengguna sosmed lainnya akan melakukan hal-hal serupa. Begitulah tren-nya.
Memang terasa aneh, kenapa orang yang melecehkan Pancasila justru malah dipilih menjadi Duta Pancasila? Bukankah dia sudah menjadi contoh buruk untuk generasi muda? Jangan-jangan nanti anak-anak muda akan mencontoh Zaskia Gotik. Bukankah harusnya dia dihukum?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai si Duta Pancasila terpilih, ijinkan saya sedikit bercerita tentang duta kebersihan.
Sering kali, anak-anak saya melakukan kesalahan kecil misalnya, membuang sampah sembarangan. Saya pribadi, daripada menghukum, saya akan lebih memilih untuk memberi mereka "pelajaran". Saya lebih memilih untuk membuat anak-anak belajar untuk bertanggung jawab. Caranya? Saya biasanya akan memilih mereka menjadi "duta kebersihan". Sebagai "pemegang kekuasaan" di rumah, saya menugaskan si "duta kebersihan" untuk selalu bertanggung-jawab pada sampah-sampahnya. Dengan begini, saya percaya, mereka akan belajar dari kesalahan yang sudah dilakukannya. Hasilnya, rumah bisa "sedikit" lebih bersih. Lebih ada gunanya kan daripada memberi hukuman?
Jika dikembalikan pada kasus Zaskia, saya malah setuju jika dia terpilih sebagai Duta Pancasila. Saya tidak terlalu tertarik dengan hukuman, biarlah pihak berwenang dan Tuhan yang mengatur. Yang lebih penting adalah bagaimana membuat kesalahan ini, justru menjadi "pelajaran" setidaknya untuk si pendosa. Ketika Zaskia terpilih, dia akan belajar betapa pentingnya Pancasila itu. Dia akan belajar betapa pentingnya menghormati Pancasila sebagai dasar negara. Dan lagipula, ditugaskan untuk mengkampanyekan Pancasila tentu saja lebih berguna daripada "ditugaskan" untuk menjalani hukuman.
Lalu bagaimana dia akan memberi contoh, dia sendiri adalah contoh buruk? Dia mungkin adalah contoh buruk, tapi bukankah pengalaman adalah guru terbaik? Bukankah pengalaman melecehkan Pancasila bisa membuat Zaskia belajar dan membuatnya jadi "guru" yang baik dalam hal ini? Saya rasa penyesalannya yang amat mendalam akan membentuk kuat tekadnya untuk bertobat, menjadi pribadi yang lebih baik.
Zaskia mungkin seperti anak kecil dan melecehkan Pancasila mungkin seperti membuang sampah sembarangan. Jika kita orang tua, atau orang yang dewasa, bukankah akan lebih ada gunanya membuat si anak kecil mendapatkan pelajaran dari kesalahan yang dia buat? Biarlah dia belajar menjadi lebih dewasa, tidak perlu dinyinyirin lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H