Mohon tunggu...
Gede Udiastama M
Gede Udiastama M Mohon Tunggu... Pegawai Hotel -

Pria yang menyukai kata kata: tiada hari tanpa belajar, semua orang adalah guru, semua tempat adalah ruang kelas. Bekerja sebagai Learning & Development Manager di sebuah hotel bintang lima di Bali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Akankah Nama 'Ketut' Punah?

29 Juni 2016   08:57 Diperbarui: 29 Juni 2016   15:27 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Balitravelo.com

Ketut, adalah nama khas orang Bali. Nama ini akan diberikan untuk anak keempat atau kelipatannya (anak kedelapan, kedua-belas dan seterusnya). Sebelum Ketut, ada nama Putu/Wayan/Gede untuk anak pertama. Lalu anak kedua di Bali akan diberi nama Kadek/Made/Nengah. Sedangkan anak ketiga akan diberi nama Komang/Nyoman.
Dulu, jaman di mana berbagai alat kontrasepsi belum ditemukan, para bapak sepertinya mirip seorang Christiano Ronaldo yang jago ngegol. Sepertinya dengan sedikit "menggocek" lalu "tembak" ke "gawang", langsung "goool". Akibatnya, mereka jadi memiliki banyak anak yang bahkan jika dibuatkan kesebelasan plus cheerleader pasti cukup.
Khusus di Bali, jika anaknya banyak, nama-nama Putu, Made, Komang dan Ketut bisa diulang dua-tiga kali putaran. Anak pertama dan kelima bernama Putu, kedua-keenam bernama Made, ketiga-ketujuh adalah Komang, keempat-kedelapan adalah Ketut dan seterusnya.
Lain dulu lain sekarang. Banyak hal yang sudah berubah. Beberapa di antaranya ikut mengancam kelanjutan nama Ketut. Seiring berkembangnya kehidupan manusia dan berjamurnya alat kontrasepsi, sepertinya nama Ketut semakin terancam punah. Semakin ke sini, semakin sedikit orang tua yang mau punya banyak anak. Kata orang, istilah kerennya, orang tua cuma mau enaknya saja.
Program mengenai keluarga berencana (KB) juga berkontribusi terhadap ancaman kepunahan nama Ketut. Seperti yang kita ketahui bersama, KB menganjurkan orang tua untuk memiliki 2 anak saja. Slogannya sangat tegas menyatakan hal ini. Dua anak lebih baik. Secara langsung atau tidak, hal ini akan membentuk pola pikir orang tua mengenai definisi keluarga ideal yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak.
Anggapan banyak anak banyak rejeki sudah tidak banyak lagi yang percaya. Para orang tua kini lebih cenderung merasa beban jika harus punya banyak anak. Hal ini tentu bisa dimengerti karena tuntutan hidup yang semakin tinggi. Ini akan memaksa ibu untuk ikut kerja. Tidak heran akhirnya orang tua menunda untuk memiliki anak, karena si ibu mengejar karir. Jika pun tidak bermaksud menunda, bekerja seharian bisa membuat si meme (Bahasa Balinya ibu) menjadi kelelahan. Kalau sudah begini "Christiano Ronaldo" akan makin jarang main bolanya. Di lain sisi, biaya untuk membesarkan anak sudah pasti tidak murah. Saat masih mengandung, meme perlu asupan gisi cukup. Belum lagi kalau ngidam be guling (babi guling), bebek goreng dan lain lain. Berikutnya, akan ada biaya melahirkan, berobat, sekolah dan banyak lagi. Biaya-biaya ini akan membuat Ronaldo berpikir ribuan kali untuk "mencetak banyak gol". Lebih baik main bolanya pake alat kontrasepsi. Teknologi kedokteran kini sudah sangat canggih. Ini membuat operasi caesar menjadi jauh lebih mudah dan aman. Banyak orang tua yang akhirnya memilih caesar sebagai cara melahirkan si buah hati. Alasan melakukan caesar memang beragam. Awalnya memang karena alasan keselamatan bayi dan ibu. Tapi banyak juga alasan memilih caesar yang unik-unik. Katanya dengan caesar, bisa menjaga kenikmatan "main bola" karena "gawangnya" tidak dibongkar. Alasan lain adalah agar si anak lahir di tanggal cantik.  Karena caesar, peluang Ketut untuk lahir menjadi lebih kecil. Berdasarkan anjuran dokter, caesar maksimal dilakukan 3 kali demi keselamatan ibu. Ini artinya, bayi hanya akan terlahir sampai si Komang saja sebagai anak ketiga. Saya pribadi menyadari hal ini. Sebenarnya saya ingin punya setidaknya empat anak yang diakhiri oleh Ketut. Karena istri sudah caesar 2 kali, harapan untuk punya Ketut sepertinya tipis. Itu baru akan terjadi jika nanti istri hamil lagi dan melahirkan anak kembar. Namun demikian, saya berharap masih ada orang Bali yang mau punya anak setidaknya 4. Semoga ada Ronaldo-Ronaldo Bali yang bisa nggol setidaknya empat kali dan menyelamatkan Ketut dari kepunahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun