Seorang anak perempuan yang termasuk dalam katagori manja dan kurang mandiri, seselesainya kuliah, mesti pergi meninggalkan rumah dan mencari kerja.
Sungguh tidaklah mudah memulai hal baru baginya. Mulai tinggal sendiri di kosan, mulai mengurus diri sendiri, dan mulai masuk ke dunia kerja.
Memulai hidup di dunia kerja saja sudah sulit apalagi harus bekerja di bidang yang berbeda dari apa yang dia pelajari di kampus. Dunia baru itu bernama perhotelan dan bidangnya housekeeping. Ini sangat melenceng dari yang seharusnya menjadi seorang guru.
Hal yang paling sering terjadi pada pemula sepertinya adalah keraguan. Apakah mungkin seseorang yang dididik menjadi guru bisa bekerja di hotel di bagian housekeeping. Apakah mampu nantinya, calon guru mengurus hal hal yang berhubungan dengan kamar hotel?
Sungguh bisa dipahami pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul dan membuatnya ragu.
Setahun berjalan, dia sudah mahir dalam pekerjaannya. Keraguan itu sudah menghilang bersama sampah sampah kamar yang tiap hari dibuang entah kemana.
Namun, keraguan baru muncul saat dia berpikir untuk mengembangkan karir dengan mencoba bidang baru. Human Resources (HR). Mengurus kamar dan mengurus orang di HR tentu akan berbeda.
Waktu berjalan, keraguan-keraguan baru tetap muncul ketika dia mulai berkeinginan untuk naik level. Apakah mampu baru setahun di HR menjadi supervisor, apakah bisa baru empat bulan supervisor menjadi assistant manager, apakah mungkin setahun kemudian menjadi HR manager? Keraguan selalu datang menghantuinya.
Di umurnya yang belum genap 26 tahun, dia adalah seorang HR Manager. Sebuah posisi sekaligus tanggung jawab yang besar. Dia mesti menjadi pembantu, rekan kerja, ibu dari karyawan sekaligus pemimpin yang mengambil keputusan-keputusan yang tidak mudah.
Apa yang terjadi pada anak manja dan tidak mandiri ini?
Jawabannya sederhana. Action. Dia melakukan sesuatu, tidak hanya diam. Tidak membeku karena dinginnya sebuah keraguan. Keberanian melakukan sesuatu, mengambil resikolah yang mengantarkannya kesana.