Mohon tunggu...
Gede Obet
Gede Obet Mohon Tunggu... Operator - Traveler

Pemuda Sederhana, Humoris yg Selalu ingin jadi lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Badai Ini Akan Berakhir?

19 Juli 2020   20:18 Diperbarui: 19 Juli 2020   20:15 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai traveler, Bagaimana kabar kalian?, Penulis, berharap kalian dalam keadaan baik semua, dengan begitu kalian dapat beraktivitas dengan baik, berbagi kebahagiaan ataupun hal baik lainnya kepada orang lain.

Hmmm.. kegalauan penulis jadi kegalauan kita bersama, mengenai keadaan yang masih berlangsung hingga saat ini, dan sebuah pertanyaan yang jadi judul tulisan ini, Apakah Badai ini akan berakhir?.

Dari kasus pertama Covit-19 di Indonesia, dimana pasien pertamanya di umumkan sejak 2 Maret 2020 silam, keadaan ini tidaklah sertamerta pulih kembali seperti sediakala. Data terbaru terkait covit di Indonesia (19/7/2020) adalah Positif 86.521 kasus, sembuh 45.401, dan 4.143 meninggal dunia. Suatu keadaan yang bila digambarkan bagai sebuah badai besar yang menerjang Negara kita tercinta. Membawa berbagai masalah, kepiluan, bahkan kesedihan untuk kita bersama.

Wabah ini tidak hanya mendatangkan duka di dunia kesehatan, dimana banyak tenaga kesehatan yang meninggal karena wabah ini. (gridhealth.id) Negara Indonesia memiliki angka kematian untuk Tenaga kesehatan yang tertinggi dibandingkan Negara lain di Asia, yaitu mencapai 6%, dan jika dibandingkan dengan Negara lain di Dunia, Indonesia mencapai angka 1% untuk kematian Petugas Kesehatan akibat wabah Covit-19 ini.

Dampak Covit tidak hanya dirasakan dalam bidang Kesehatan, dampak wabah covit-19 dalam bidang ekonomi (kelaspintar.id) yaitu meluasnya PHK, dimana lebih dari 1.5 juta jiwa pekerja telah dirumahkan dan terkena PHK, 1.24 juta orang merupakan pekerja formal dan 265 ribu lainnya merupakan pekerja informal, kinerja Impor barang Indonesia menurun sangat drastis hingga 3.7% pada triwulan I 2020, Inflasi mencapai 2.96% per maret 2020, hingga pembatalan Penerbangan Domestik dan International.

Dampak covit-19 dalam bidang pariwisata adalah dampak yang paling dirasakan Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. (Indonesiabaik.id) realisasi kunjungan wisawatawan mancanegara selama 2019 mencapai 16.3 juta dari target 18 juta, (detik travel) sekitar 7804 karyawan dirumahkan dari 16 provinsi, (m.bisnis.com).

Bagi pulau Dewata Bali dampak Covid-19 bahkan lebih parah dibandingkan dampak Bom Bali dan dampak Erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu. Di mana, sejak april, hampir 96% hotel sudah ditutup karena tidak ada kunjungan wisatawan lagi dan saat ini Pariwisata Bali kehilangan pendapatan hingga meliaran rupiah perharinya, karena kunjungan wisatawan yang dulunya mencapai 16000 -- 17000 perhari dengan spending per orangnya sekitar Rp.20 juta, tidak lagi datang ke Bali akibat wabah ini.

Sobat, menurut kalian siapa yang harus dipersalahkan, pemerintah?. Penulis tidaklah pro terhadap siapapun, karena pemerintah tidaklah tinggal diam terhadap Wabah ini, bahkan Presiden kita tercinta beberapa waktu lalu sempat Marah karena penanganan Covit yang terbilang cukup lambat menurut beliau, bahkan pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait Covit ini, baik PSBB, bahkan sekarang kebijakan New Normal di daerah yang dikatakan termasuk Zona Hijau.

Berbagai bantuan digulirkan Pemerintah, baik Sembako maupun Dana Tunai pemerintah berikan untuk Pengusaha Kecil, Masyarakat terdampak Covit, Mahasiswa, bahkan bantuan juga diberikan untuk pemilik Kartu Prakerja. Tidak hanya itu, (Indonesiabaik.id) pemerintah juga memberikan insentif pada sektor pariwisata sebesar Rp. 298 miliar.

Jika kita terus meratapi situasi ini, kita tidak akan mampu lepas dari Badai ini, harapan penulis dan menjadi harapan kita bersama semoga wabah ini segera berakhir, Semoga kita maupun keluarga terlindung dari berbagai hal - hal buruk yang tidak kita inginkan. Salam Rahayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun