<!--[endif]--> <!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]--> Sore tadi kita dikecewekan dengan hasil laga Indonesia-Oman. Bermain di kandang sendiri, kita dikalahkan Oman 2-1. Tertutup sudah kesempatan kita berlaga di Piala Asia 2011 yang rencananya digelar di Qatar. Bukan cuma hasil laga yang membuat kita kecewa. Permainan yang ditampilkan pun tidak mencerminkan layaknya sebuah tim nasional. Pola yang tidak jelas serta pemain yang terburu-buru seperti menjadi ciri khas timnas kita.
Sebelumnya, PSSI U-19 tersungkur di babak kualifikasi Piala Asia yang digelar di Bandung. Di SEA Games Laos Desember lalu, PSSI U-23 gagal di fase grup. Malah sempat dihantam Laos 2-0. Sulit membayangkan sebuah negara yang baru mengenal sepakbola mengalahkan kita dengan cara seperti itu. Sama seperti seniornya, tim U-23 ini juga tidak pernah menang di fase grup.
Hasil-hasil yang dicapai PSSI dalam tiga bulan terakhir ini mencerminkan buruknya pengelolaan sepakbola tanah air. Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan PSSI untuk merealisasikan mimpinya tampil di pentas dunia. Lupakanlah pentas dunia. Bagaimana mau berkompetisi di pentas dunia kalau pentas Asia saja kita babak belur?
Kompetisi yang Profesional
Kita sudah mengenal yang namanya sepakbola professional di tahun 1979 sejak Galatama lahir. Jadi pada periode itu, kita punya kompetisi profesional lewat Galatama dan yang versi amatir lewat jalur Perserikatan. Kedua format kompetisi itu dilebur menjadi satu dalam wadah Liga Indonesia yang bergulir di tahun 1994. Coba bandingkan prestasi kita dengan Jepang yang baru mempunyai liga profesional, J-League, di tahun 1992?
Walaupun sudah mengenal sepakbola profesional 30 tahun lalu, namun cara-cara PSSI mengelola sepakbola masih saja amatiran. Bagaimana tidak, uang APBD masih menjadi modal utama klub-klub yang berlaga. Yang namanya profesional, sudah seharusnya klub mampu menghidupi dirinya sendiri lewat pemasukan dari tiket, penjualan merchandise, ataupun sponsorship. Kalau sudah begini, bagaimana mampu klub-klub menyediakan skuad untuk tim junior.
Dengan kondisi yang seperti ini, praktis minim kompetisi untuk pemain junior pada kelompok umur tertentu. Kita hanya mempunyai liga junior untuk kelompok umur U-21.Selebihnya adalah dengan format kejuaraan semacam Piala Suratin, Piala Haornas, ataupun Piala Medco.
PSSI lupa (atau tidak tahu) kalau juara itu bisa dilahirkan. Ya, juara bisa dilahirkan dari ajang liga yang teratur. Sudah sepantasnya PSSI membuat sistem kompetisi yang mengacu pada turnamen-turnamen yang akan diikuti. FIFA mempunyai turnamen untuk kelompok umur U-20 dan U-17, AFC mempunyai ajang untuk U-19 dan U-16, sedangkan di level Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games adalah ajang untuk pemain U-23.
Pengiriman pemain junior untuk berlatih di luar negeri juga sudah saatnya dihentikan. Tim Primavera yang berlaga di Italia, PSSI U-23 yang berlatih di Belanda tahun 2006,dan juga yang terakhir PSSI U-19 berguru ke Uruguay tetap tidak menghasilkan prestasi. Apalagi biaya yang dikeluarkan untuk berlatih di luar negeri juga tidak sedikit. Rahim Sukasah, Direktur Badan Tim Nasional, mengakui proyek pengiriman tim yunior ke Uruguay ini menelan biaya 1 jutaUSD pertahun. Pengiriman pemain untuk berlatih di luar negeri membuktikan PSSI menginginkan cara instant dengan hasil yang instant juga
PSSI seperti mengabaikan aspek kompetisi untuk bergabung dengan timnas lewat proyek ke luar negerinya tersebut. Bukankah dari ajang kompetisi sejak yunior seseorang selalu dan terbiasa ditempa untuk menjadi yang terbaik? Dengan menjalankan liga yang teratur dan benar-benar professional sejak kelompok umur yunior hingga senior inilah akan terus diproduksi pemain-pemain yang memang benar-benar kompetitif.
Nah, dengan kegagalan PSSI U-19, PSSI U- 23, dan baru saja timnas senior tertutup sudah mimpi kita di pentas dunia. Tertutup juga mimpi kita untuk tampil di pentas Asia (Tenggara). Terus, kita mau tampil di pentas apa?? Sebuah tanda tanya besar yang harus dijawab PSSI.
Salam olahraga,
I Gede Henry Perdana Muda
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[endif]--><!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[endif]--> Â Â sepakbola eropa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H