Wina, 23 Mei 1990. Pertandingan memasuki menit ke 67 saat AC Milan melancarkan serangan ke jantung pertahanan Benfica. Umpan terobosan Marco Van Basten diselesaikan dengan dingin oleh Frank Rijkaard. Gol. 1-0 untuk Milan. Gol tunggal Frank Rijkaard ke gawang Benfica bertahan hingga pluit akhir dan memastikan Milan mempertahankan gelar Liga Champion. Itulah periode gelar back to back terakhir yang bisa diraih di ajang kompetisi antarklub papan atas Eropa ini.
Sudah delapan tim yang bisa mempertahankan gelar Liga Champion ini. Sebelum Milan melakukan back to back di penghujung 90an tersebut, Brian Clough sukses melakukannya bersama Nottingham Forest di tahun 1979 dan 1980. Juga masih ada Liverpool (1977-1978), Bayern Muenchen (1974-1976), Ajax Amsterdam (1971-1973), Inter Milan (1964-1965), dan Benfica (1961-1962). Bahkan Real Madrid (1956-1960) mampu melakukannya sampai lima kali berturut-turut dalam lima edisi perdana Liga Champion.
Melihat catatan sejarahnya yang telah berusia lebih dari 50 tahun, bisa kita jumpai bahwa sejak awal kejuaraan hingga penghujung dekade 80an selalu terdapat setidaknya satu klub pada setiap dekade yang sukses mempertahankan gelarnya. Sejak Marseille menjuarai edisi perdana Champions League di musim 1992/ 1993, belum ada satu timpun yang bisa melakukan back to back titel Liga Champion.
AC Milan, Ajax, Juventus, dan Manchester United adalah tim yang paling hampir bisa melakukan back to back di dua dasawarsa terakhir. Hanya sayang, kiprah mereka terganjal di partai final.
AC Milan gagal mempertahankan gelarnya setelah ditundukkan young guns Ajax Amsterdam di tahun 1995 melalui gol tunggal Patrick Kluivert. Ajax yang kembali bertemu wakil Italia di final, takluk di tangan Juventus lewat adu penalti 5-3. Juventus juga akhirnya gagal mempertahankan gelarnya setelah menyerah 3-1 atas Borussia Dortmund di tahun 1997. Pada musim 2008/2009, penampilan cantik Barcelona mencapai puncaknya sewaktu menundukkan Manchester United dengan dwigol dari Eto’o dan Messi.
Setali tiga uang dengan Barcelona. Pasukan Catalan yang digadang-gadang sebagai kandidat terkuat di musim lalu, akhirnya takluk juga di tangan Inter Milan. Gelar yang direbut dari Manchester United harus diserahkan kepada Inter Milan. Kegagalan Barcelona ataupun tim-tim lainnya untuk mempertahankan gelar Liga Champion seperti menggambarkan ketatnya persaingan Liga Champion.
Simaklah komentar Jose Mourinho perihal ketatnya persaingan Liga Champion dari musim ke musim. Pelatih yang pernah menjuarai Liga Champion bersama Porto dan Inter Milan mengungkapkan bahwa suatu klub harus bisa melewati serangkaian tes untuk memenangkan Liga Champion. Tes yang dimaksud Mourinho bisa merupakan hasil undian, cedera pemain, akumulasi kartu hingga faktor keberuntungan. Dengan kata lain, siapa yang mampu mengurai detail sekecil-kecilnya akan mempunyai peluang yang lebih besar memenangkan Liga Champion.
Kini, peluang back to back ada bersama Inter Milan. Kesuksesan Inter musim lalu lebih sering disebut sebagai kejeniusan Mourinho meracik strategi Nerazzuri. Kini, Mourinho sudah pergi. Sang pelatih anyar, Rafael Benitez juga sudah tahu bagaimana caranya memenangkan Liga Champion. Pengalamannya sewaktu mengantar Liverpool mengalahkan AC Milan di final tahun 2005 tentu berguna bagi Inter.
Memang masih terlalu dini menyebut kandidat juara. Namun rumah-rumah taruhan semacam bwin ataupun William Hill seperti sudah sepakat menempatkan Barcelona, Real Madrid, Chelsea, dan Manchester United sebagai empat kandidat kuat juara musim ini. Inter diprediksi hanya lolos sampai perempat final.
Fakta historis yang sudah berlangsung dua dekade lebih tentu tidak bisa ditepikan begitu saja. Nah, apakah Inter bisa back to back kali ini? Sulit, tapi bukan tak mungkin.
Oleh
I Gede Henry Perdana Muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H