Mohon tunggu...
I Gede Henry P Muda
I Gede Henry P Muda Mohon Tunggu... -

Kompasiana kayak Bale Bengong. Tempat ngobrol en tukar pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berharap Lahirnya Jawara Baru

27 Desember 2009   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:45 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Putaran pertama knockout Liga Champion baru berputar 16 Februari 2010 depan. Tapi rumah rumah taruhan William Hill maupun Bwin sudah ramai menempatkan Barcelona, Chelsea, Manchester United, dan Real Madrid sebagai favorit kuat juara. Performa ciamik klub klub tersebut di kompetisi domestik serta tradisi yang kuat di Liga Champion rasanya wajar menempatkan tim tersebut sebagai empat besar. Tapi apakah mereka akan tetap konsisten hingga akhir musim ini dan salah satunya bisa menjadi kampiun eropa? Perjalanan Liga Champion memang masih panjang. Masih ada tujuh partai termasuk final di Santiago Bernabeu yang harus dimenangi. Klub klub yang di fase awal begitu diunggulkan pun cukup sering gugur di babak pertengahan. Hal ini bisa disebabkan jadwal yang cukup padat yang menyebabkan pemain kelelahan atau karena adanya pemain yang cedera. Selain itu, faktor undian juga cukup berpengaruh. Ya, klub mana sih yang pengen cepat cepat bertemu juara bertahan Barcelona. Sampai-sampai Ivica Olic, man of the match partai Juventus-Bayern Muenchen sangat senang Bayern tidak berjumpa Barcelona di fase knock-out nanti. Dari keenambelas kontestan di babak perdelapan final, trio Inggris, Spanyol, dan Italia masih menjadi penyumbang klub terbanyak dengan masing masing dengan 3 klub. Semua klub Inggris pun pernah merasakan atmosfer final. Hanya sayang, Chelsea dan Arsenal belum pernah merengkuh trofi Liga Champion ini. Melihat geliat klub klub Inggris dalam enam edisi terakhir yang selalu menembus babak semifinal, rasanya wajar salah satu wakil EPL ini bakal hadir di semifinal. Bagaimana dengan klub dari ranah matador? Kiprah Barcelona maupun Real Madrid di panggung tertinggi klub Eropa ini tidak perlu diragukan. Namun kekalahan dari Rubin Kazan di fase grup seperti membuktikan bahwa permainan Barcelona sudah mulai terbaca. ‘Kekalahan itu pelajaran berharga' aku Pep Guardiola. ‘Kami harus bisa bermain lebih kreatif menghadapi tim yang bermain ultradefensif terlebih mereka yang punya serangan balik yang berbahaya' tambahnya. Sembilan gelar Liga Champion seperti tidak menggambarkan kekuatan Real Madrid dalam lima musim terkahir. Madrid selalu tersingkir di putaran pertama knockout ini. Langkah Madrid sepertinya akan lancar jika mereka tidak menganggap enteng Lyon di enambelas besar nanti. Kemunculan Neo-Galacticos tentu diharapkan bisa menambah koleksi gelar Los Blancos menjadi sepuluh. Bagaimana dengan Sevilla? Sepak terjang Kanoute dkk ini begitu dominan di fase grup. Penampilan mereka di La Liga pun cukup menarik dengan selalu menampilkan permainan ofensif dan setia masuk papan atas klasemen. Predikat kuda hitam pantas disandang pasukan tim dari Andalusia ini. Wakil dari Italia, hanya Fiorentina punya rekor yang mengesankan selama fase grup. Liverpool yang notabene tim yang punya tradisi yang kuat di Liga Champion bisa digebuk sampai dua kali. Hanya sayang, pengalaman yang minim pada fase knock-out masih menjadi catatan minor buat La Viola. Penampilan yang berbeda diperlihatkan duo tim dari kota Milan, Inter Milan dan AC Milan. Mereka begitu labil di fase grup. Kepastian mereka lolos masih ditentukan hingga parta terkahir grup. Namun bukan Milan namanya jika akhirnya melempen di fase knock-out. Gen Liga Champion yang mereka miliki pantas membuat Rossoneri selalu tampil beda dan percaya diri untuk melangkah jauh. Berkebalikan dengan Milan, kondisi Inter selalu dihantui kekhawatiran setiap kompetisi memasuki fase knock-out. Situasi bertambah sulit karena Chelsea, lawan mereka di fase knock-out, sangatlah kuat di bawah Ancelotti. Langkah Inter yang tak lebih jauh dari perempat final dalam enam musim terakhir seperti menggambarkan betapa rapuhnya tim ini. 35 tahun tentulah waktu yang cukup lama buat Inter untuk mengulangi kejayaan Il Grande Inter yang di tahun 1964 dan 1965 begitu merajai Eropa. Lalu bagaimana dengan peluang tim tim lain? Secara matematika, semua tim tentu punya peluang yang sama. Namun melihat sejarahnya, belum ada satu tim pun mampu mendobrak kemapanan tim tim tradisional juara sejak tahun 1997. Borussia Dortmund adalah tim terakhir yang mampu melakukannya tahun itu sewaktu menudukkan Juventus 3-1. Mimpi untuk melihat juara baru sepertinya masih sebatas mimpi. Kelas tim tim langganan juara semacam Manchester, Barcelona, Real Madrid ataupun Milan di liga Champion tentu masih diatas Lyon, Sevilla, Olympiacos, ataupun Fiorentina. Mungkin hanya Chelsea yang perlu dikedepankan sebagai penantang utama mengingat stabilnya kiprah mereka yang selalu menembus fase semifinal dalam tiga musim terakhir. Atau apakah partai final di Madrid nanti masih belum bisa menghasilkan juara baru? Dahaga Menahun Sejak digelar dengan format Champion League di tahun 1992, baru ada dua klub yang bisa menjadi juara baru. Prestasi itu dicapai Marseille di tahun 1993 dan Borussia Dortmund (1997). Belum lagi ditambah gelar pertama yang diperoleh Barcelona (1992) dan Red Star Beograde (1991) pada saat masih bernama Champions Cup, jadilah UEFA pada dekade 90an mampu ‘melahirkan' 4 juara baru. Namun kenapa sekarang tidak? Uang. Kata itu yang paling pas menggambarkan alasan UEFA untuk tidak hanya menggandeng juara liga domestic, tapi juga runner-upnya sekaligus untuk tampil sejak musim 1997/1998. Dengan semakin banyaknya tim sehingga jumlah pertandingan semakin meningkat, fulus yang hadir dari sponsor dan penonton pun semakin tebal. Champions League pun akhirnya bukan ajang mempertemukan para klub juara dari liga domestiknya masing masing. Final yang mempertemukan dua klub yang bukan juara di liganya pun pernah terjadi sewaktu Bayern Munchen bertemu Manchester United di tahun 1999. Padahal baik Bayern maupun Manchester bukanlah kampiun di liga domestiknya pada musim sebelumnya. Jadilah tim tim tradisional semacam AC Milan juara dua kali (2003 dan 2007), Barcelona (2006), Liverpool (2005), Real Madrid (2000), Manchester United (1999) bisa menjadi juara walaupun bukan kampiun domestik di musim sebelumnya. Dari keenambelas kontestan, tujuh tim pernah menjadi juara dan sembilan tim lainnya belum pernah. Melihat sejarah yang telah bertahan lebih dari satu dekade ini, Manchester United, Real Madrid, AC Milan, Inter Milan, Bayern Muenchen, Porto, punya kesempatan yang cukup kuat untuk mencetak ulang sejarah. Lalu kemana Barcelona? Dengan format liga, belum satu klubpun mampu menjadi juara berturut turut. AC Milan adalah tim yang terakhir kali mampu melakukan back to back di tahun 1989 dan 1990. Ini tantangan tersendiri buat Pep Guardiola untuk menciptakan sejarah baru. Dengan kondisi ini, peluang lahirnya juara barupun mengecil dan jadilah tim yang juara akhirnya tim tim itu saja. Namun, rasanya bos bos UEFA perlu berpikir ulang supaya Champions League ini selalu penuh kejutan dan tetap menarik hingga final. Salam olahraga, I Gede Henry Perdana Muda,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun