Ketimpangan pendapatan umumnya diukur menggunakan rasio Gini (Gini Ratio). Rasio Gini menggambarkan seberapa adil dan merata pendapatan terdistribusi di masyarakat. Rasio Gini berkisar dari 0 sampai 1 (satu). Apabila rasio Gini mendekati 0 berarti cenderung terjadi pemerataan pendapatan, apabila mendekati 1 berarti cenderung ketimpangan pendapatan. Â
Gambar di atas menyajikan rasio gini di Indonesia sepanjang Setengah Abad terakhir.
Pada akhir era Sukarno (1964-1967) rasio Gini berhasil membaik dari 0,379 ke 0,373. Era Suharto pernah mencapai ketimpangan tertinggi di tahun 1978, yang ditunjukkan dari nilai rasio Gini yang mencapai 0,38. Namun Suharto juga pernah mencapai pemerataan tertinggi pada eranya di tahun 1993, yang ditunjukkan dari rasio Gini sebesar 0,32.
Akhir era Habibie (1999), ketimpangan pernah memburuk hingga ke 0,363. Era Gus Dur (1999-2001) ditandai dengan membaiknya pemerataan pendapatan, yang ditandai dengan rasio Gini terbaik/terendah sepanjang sejarah Indonesia: 0,31. Menarik, Gus Dur sukses menurunkan rasio Gini setajam itu (0,05) dalam tempo sangat singkat kurang dari 2 tahun.
Akhir era Megawati dan awal SBY (2005) ketimpangan pendapatan kembali memburuk hingga Rasio Gini mencapai 0,363. Ketimpangan pendapatan pun kian memburuk, hingga akhir era SBY (2014) ditandai dengan nilai rasio Gini terburuk sepanjang sejarah: 0,41. Jokowi sedikit sukses membawa turun rasio Gini ke level 0,4 di tahun 2016.
Sepanjang sejarah Indonesia, kita tidak pernah mencicipi rasio Gini di bawah 0,3 (pendapatan terdistribusi sangat baik merata di kalangan masyarakatnya). Terdapat sekitar 22 negara di dunia yang memiliki rasio Gini di bawah 0,3: Finlandia (0,215), Kepulauan Faroe (0,227), Slovakia (0,237), Slovenia (0,245), Ukraina (0,246), Swedia (0,249), Ceko (0,25), Belgia (0,259), Montenegro (0,262), Kazakhstan (0,263), Belarus (0,265), Norwegia (0,268), Moldova (0,268), Jerman (0,27), Rumania (0,273), Islandia(0,28), Malta (0,281), Hungaria (0,282), Denmark (0,288), Albania (0,290), Perancis (0,292), Austria (0,292), Swiss (0,295) Â Â Â Â
(sumber)*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H