Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Kamu Lakukan ke Receh, Itu Jahat!

27 Desember 2017   18:14 Diperbarui: 27 Desember 2017   18:19 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://deddysussantho.wordpress.com

Nasib receh memang hanya diingat bila diperlukan atau di akhir bulan. Boro-boro diingat, malah kalau sedang belanja dan dompet lagi tebal-tebalnya, kita sering melewatkan receh bila itu hanya 100 atau 200 rupiah. Uang receh juga sangat riskan nyelip kesana-kemari, kadang di saku celana, jaket atau kemeja. Tapi kita mah nggak mau ambil pusing.

Tapi jelas, nggak semua manusia shombongnya minta ampun seperti kalian-kalian ini. Rendy Agisman Adha yang memiliki usaha warnet adalah salah satu pejuang receh garda depan yang membela harga diri uang receh. Untuk membungkam kalian-kalian yang baru gajian atau baru dapat kiriman uang bulanan, Mas Rendy pun membeli IPhone X yang harganya sekitar 20 Juta Rupiah sepenuhnya dengan uang receh dibayar tunai. Kalian saja belum punya toh? 

"Saya ingin membuktikan kepada teman-teman saya yang kerap meledek, buat apa ngumpulin uang receh, tukang gorengan aja kadang enggak mau di kasih receh," ujar Rendy. Ia menambahkan, "Saya yakin kalau yang namanya uang apa pun bentuknya, pasti bakalan sama fungsinya untuk alat tukar menukar yang sah di negara masing-masing." Saya sepenuhnya mengamini jihadnya Mas Rendy ini walaupun menyayangkan juga aksi ini ternyata memakan korban, yakni para pegawai-pegawai toko handphone di tempat IPhone-X ini dibeli yang pasti dah keblinger dan muak menghitung uang receh.

Bukan hanya soal pemenuhan ego dan gengsi, receh juga identik dengan semangat kolektif dan perlawanan. Lihat saja beberapa kasus yang pernah terjadi belakangan, Contohnya Koin untuk PSSI dan Koin Keadilan untuk Prita keduanya menunjukan bahwa receh itu nggak bisa dianggap remeh. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya, receh itu selalu jadi kekuatan yang nggak bisa dianggap main-main. Contoh dua kasus di atas, keduanya menjadi trending topic di dunia maya selama hampir seminggu. Bayangkan, bila receh diganti "Cek untuk Prita" atau "Giro untuk PSSI" keduanya nggak bakal jadi seterkenal sekarang.

Bahkan di ranah kemanusiaan pun receh selalu punya andil. Koin untuk Bilqis, seorang bayi berumur 17 bulan yang mengalami kegagalan fungsi empedu dan membutuhkan biaya perawatan sebesar 1 M itu juga dilibas habis sama receh. Yah walaupun sebenarnya receh yang terkumpul hanya mencapai 7,5 Juta Rupiah tapi kalau tidak dimulai dengan receh, maka dana 1,1 M itu juga nggak bakal ada. 

Begitulah hal yang besar itu sering kali dimulai dari yang receh, yang kecil tapi berani. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun