Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perpres 18 Tahun 2016: Mengatasi Masalah dengan Masalah?

17 Juli 2016   22:19 Diperbarui: 29 Juli 2017   16:47 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pembangkit Listrik Berbasis Sampah yang selanjutnya disingkat dengan PLTSa adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi Baru dan terbarukan berbasis sampah kota yang diubah menjadi energi listrik melalui teknologi thermal process meliputi gasifikasi, incinerator, dan pyrolysis."

Weit, hold your horses, bro Jono! Ingat pepatah lama, berpikirlah dahulu sebelum berkata karena mulutmu harimaumu. Aum.

Mendefinisikan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah dengan "berbasis sampah kota yang diubah menjadi energi listrik melalui teknologi thermal process" sama saja dengan mengatakan bahwa hanya ada satu jenis obat batuk.

Coba simak cerita ini. 

Suatu ketika, seorang ayah di negeri Panda sana bernama Jok Oh Wee bergegas mencarikan obat untuk lusinan anaknya yang sedang sakit. Kata tetangganya sih anaknya itu sakit batuk, sakit yang sebenarnya lazim untuk usia yang sedang berkembang. Jok sudah berkeliling ke seluruh negeri, berkunjung ke dukun sana-sini, bertanya pada orang-orang pintar di negerinya tapi tak kunjung membuahkan hasil.

 Akhirnya, Jok memutuskan untuk berkelana ke Barat untuk mencari obat batuk untuk anaknya sekalian dengan kitab suci pastinya. Tidak ditemani oleh Sung Go Kong, Tju Pat Kai, atau sejenisnya, akhirnya Jok menemukan rahasia obat batuk dari negeri asing di barat. Para manusia di negeri ini semuanya minum obat berlabel merah yang sama. Sekilas Jok melihat samar tulisan "Obat Batuk" tertera pada label tersebut. 

"Mereka semua meminum obat yang sama, pasti ini juga mempan buat anak-anakku," pikirnya. 

Dengan hati riang dan agak tergesa-gesa, Jok kembali ke kampung halaman dan memamerkan obat yang ia peroleh ke tetangganya. 

"Ini obat batuk paling manjur," katanya. 

Dibuatlah aturan olehnya biar itu anak-anaknya semua meminum obat itu. Bukannya sembuh malah sakitnya tambah parah. 

Jok pusing bukan kepalang. Ia bingung setengah mati karena obatnya tidak berfungsi. Dalam kebingungan itu dilihatnya labelnya dengan lebih seksama, ternyata setelah tulisan "Obat Batuk", ada lanjutannya yaitu "Kering". Jadi, obat yang diberikan pada anak-anaknya adalah Obat Batu Kering. Padahal, anaknya kena Batuk Berdahak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun