Setiap orang berpikir bahwa dirinya bisa menulis fiksi. Tidak ada yang salah dengan pernyataan itu. Pertanyaan yang datang kemudian adalah: Apakah kita melakukannya dengan baik?
Kita sering merasa memiliki sebuah ide cerita yang super keren namun ketika kita menuliskannya malah mendapatkan hasil yang lebih buruk daripada terjemahan Geography of Bliss. Yes, it’s sucks, but we even worst!
“Penulis yang baik mampu mentransfer 100% isi pikirannya ke dalam tulisan” – Dee
Banyak orang yang merasa dirinya memiliki passion dalam menulis. Namun, passion saja tidak cukup untuk menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan juga kemampuan menulis yang baik. Kemampuan ini yang membedakan penulis dengan orang yang bisa menulis. Dan, bagi sebagian besar orang kemampuan menulis bukan kemampuan yang datang secara alami namun perlu dilatih terus menerus.
Bagaimana cara melatih kemampuan menulis kita? Dewi “Dee” Lestari punya rahasianya sendiri.
“Menulis adalah proses mengamati,berpikir, mencipta, berefleksi, dan kemudian menuliskannya” – Dee
Proses menulis tidak diawali oleh menulis itu sendiri. Hal ini yang sering memberikan kesulitan pada penulis-penulis pemula yang baru mencoba untuk menulis. Kata dan kalimat tidak akan datang dengan sendirinya ketika kita telah berada di depan laptop ataupun telah siap menggenggam pulpen. Seringkali, menulis sebenarnya adalah alat untuk merekam apa yang telah terbentuk di kepala kita. Jadi, bagian yang paling penting dari menulis adalah apa yang ada di dalam kepala kita.
“Setiap benda memiliki cerita, yang diperlukan hanya sedikit imajinasi” – Dee
Dee sendiri melatih kemampuannya dalam menulis dengan selalu mengamati hal-hal disekitarnya. Setiap benda di sekitarnya dapat menjadi inspirasi untuk tulisan. Sepasang sepatu usang bisa menjadi sepasang sepatu luar angkasa usang dalam pikiran Dee. Semuanya hanya perlu dibantu dengan sedikit imajinasi.
“Membaca dan menulis seperti bernapas. Membaca seperti menarik napas, dan menulis adalah menghembuskan. Kalo menarik napas terus menerus tanpa menghembuskan akan sesak napas. Kedua hal tersebut harus seimbang.” – Dee
Dee selalu menekankan bahwa membaca sangat penting untuk proses menulis. Bahkan, Dee menganjurkan untuk memiliki ritual membaca sendiri, misal: menghabiskan satu judul buku dalam seminggu atau sebulan. Lebih baik membaca sedikit buku tapi dilakukan secara rutin daripada akhirnya tidak membaca sama sekali.