Ceritanya sudah lama, namun derita dan trauma itu masih ada. Bukankah setiap kali hari raya Idul Adha anggota PKS mau tidak mau diingatkan pada tragedi sapi dan Baal?
Ustad Fathonah dan Ustad Luthfi tertangkap dalam persekongkolan dan terlibat dalam suap sapi impor. Partai terhuyung-huyung dan harus menghadapi stigma sebagai partai dakwah yang munafik. Ustad Hilmi dan Anies Matta yang dekat Ustad Luthfi pada waktu itu berusaha menyelamatkan diri dan terpaksa menciptakan slogan baru "cinta dan harmoni" karena malu dengan slogan partai "bersih dan profesional".
Dalam rangkaian suksesi partai yang sengaja dipercepat dan dilakukan dengan tidak mengundang hiruk pikuk pers, akhirnya Ustad Hilmi dan Anies Matta tersingkir dan mata rantai tragedi sapi dapat diputus. Tahun ini kader PKS bisa menegakkan kepala saat menuntun sapi kurban dan menunjukkannya pada publik.
Mereka yang pernah terlibat dan ternoda telah minggir. Kader baru yang dipandang publik lebih bersih dan bervisi dengan gagah berani mengembalikan slogan "bersih dan profesional" karena mereka bukan sisa-sisa rezim partai yang bermuara pada Ustad Luthfi. Salim Segaf Aljufrie diangkat menjadi ketua majelis Syuro dan Sohibul Iman diangkat menjadi presiden.
Karena itulah, hari raya Idul Adha bukan lagi hari yang menakutkan bagi kader PKS. Masa lalu sudah dikubur dan mereka yang tercela sudah tersingkir. Tantangan besar yang menghadang adalah mengembalikan citra partai dan menjaga elit partai agar tidak mudah terbawa pada hiruk pikuk politik sekuler yang masih sering terjebak pada berhala Baal (maksiat, uang dan kemewahan duniawi).
Akhirnya Gedang Kepok hanya bisa berharap semoga PKS bisa melangkah pada jalan yang benar dan menjadi agen demokrasi yang bersih dan militan.
Â
Salam Kompasiana! Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H