Hari raya kurban, Idul Adha selalu mengingatkan kita bahwa mengorbankan sesama dan mengorbankan rakyat atas nama apa saja adalah kejahatan besar. Tidak menjadi soal siapa yang dikurbankan, Ismail atau Iskak, mereka ini melambangkan rakyat kebanyakan. Elite pemegang kekuasaan yang berlomba-lomba mengurbankan sapi paling besar dengan mengharapkan foto di depan wartawan seringkali melupakan pelajaran Ibrahim ini. Mereka tetap mengurbankan rakyat atas nama Baal kekuasaan. Mereka merebut lagi daulat rakyat dan menumpuk kekuasaan di tangan mereka.
Ini Refleksi Gedang Kepok tahun lalu menjelang hari raya Idul Adha:
Idul Adha dan Penderitaan Kader PKS
Setiap kali berita tentang sapi tersiar, setiap kali pula berdegup kencang hati para kader PKS. Dan hari ini hari raya besar Idul Qurban dan hampir semua mass-media menyiarkan berita tentang sapi Qurban tahun ini. Para pemimpin, saling berlomba mengorbankan sapi paling besar, paling indah, dan paling putih dengan harapan publik tahu betapa sholehnya mereka, betapa dermawannya mereka, dan betapa taqwanya mereka. Namun belum ada berita, sapi seperti apa yang dibawa oleh Ustad Anies Mata atau Ustad Hilmi. Mungkin mereka tidak mau diberitakan karena memang Qurban, apapun bentuknya tidak perlu dibeber di media masa.
Hari raya Qurban memang pantas dirayakan oleh semua umat manusia karena memang betul-betul bermakna. Mereka semua yang mengaku pengikut Ibrahim atau Abraham pantas merayakan hari ini. Tidak ada bedanya siapa yang dibawa Ibrahim ke mezbah persembahan, entah itu Ismail atau Ishak, maknanya tidak berubah: Tuhan ingin memberi pelajaran untuk menghentikan pengorbanan manusia pada allah-allah lain. Sebagai gantinya, korban seekor kambing atau domba atau binatang ternak lainnya sebagai wujud syukur manusia.
Ironisnya, pelajaran dari Ibrahim ini mudah sekali dilupakan, utamanya oleh para pemimpin dan presiden partai. Pengorbanan manusia di depan mesbah para dewa tidak pernah berhenti, tetapi semakin menggila. Partai politik mengorbankan manusia (baca: rakyat) dengan mengambil hak-hak mereka dengan korupsi. Ironisnya PKS, partai dakwah juga tidak mau ketinggalan, pemimpin mereka mengurbankan manusia demi dewa Baal yang baru: uang, kekuasaan dan nafsu maksiat.
Ceritanya sudah lama karena ingatan pendek manusia, tetapi pengadilan dunia selalu mengingatkan kita: betapa tidak ada bedanya ustad dan politisi saat mereka mereka mengejar kekuasaan dunia. Mereka tidak menyembah Allah yang sesungguhnya karena Allah sudah diganti dengan lembu emas yang menjanjikan kekuasaan dan nikmat duniawi. Karena itulah, saat para kader PKS menuntun sapi ke tempat pembantain, hati mereka terluka karena diingatkan betapa kotor dan nistanya pemimpin mereka yang sekarang masuk penjara. Gara-gara sapi inilah terungkap borok para pemimpin munafik dan terancam pula partai yang selama ini telah dibesarkan dengan pengorbanan, keringat dan air mata.
Begitulah, Idul Qurban tahun ini jauh lebih bermakna bagi para kader PKS. Idul Qurban kali ini tidak hanya mengingatkan para kader tentang tragedi sapi, tetapi juga mengingatkan betapa tidak berdayanya mereka terhadap para pemimpin mereka. Mereka tahu beberapa pemimpin mereka tidak bersih tetapi mereka sudah terikat sumpah setia. Karena itu, sekali lagi hari ini jauh lebih bermakana, karena para kader PKS tidak hanya mengorbankan hewan ternak mereka, tetapi juga mengorbankan hati nurani mereka untuk lembu emas, dewa Baal yang memberi iming-iming, uang, kekuasaan, dan wanita.
Selamat hari raya Idul Adha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H