Dalam kepercayaan kagama Islam, membuat ramalan dan mempercayai ramalan adalah sesat atau haram atau setidak-tidaknya menunjukkan lemah iman. Bukankah yang Allh yang Maha Mengetahui masa depan? Dan Taufik Ismail, dengan iman dan kepercayaannya men-judge lagu Padamu Negeri sesat. Bagaimana dengan Puisi Taufik Ismail yang meramal tenggelamnya Pulau Jawa?Â
Berikut Gedang Kepok ambil petikan puisi "Puisi Kembalikan Indonesia Padaku":
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya
Menurutu dalil, meramal = sesat dan Taufik Ismail meramalkan Pulau Jawa yang akan tenggelam.
Dengan standar yang sama yang digunakan Taufik Ismail untuk memfatwakan lagu Padamu Negeri, seharusnya penyair tua ini malu karena ada puisinya yang terindikasi "sesat". Apalagi Taufik Ismail juga mengajari berdoa dengan puisi, yang tidak ada dalilnya dalam Quran dan Hadits. Coba baca puisinya berikut ini Dengan Puisi Aku:
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
berdoa dengan puisi = tidak ada dalam dalilÂ
karena tidak ada dalam dalil, perlu fawa MUI apakanh berdoa dengan puisi ini sesat atau tidak.
Untuk pembaca Kompasiana, jangan serius-serius. Gedang Kepok tidak pernah berpikir kalau puisi-puisi Taufik Ismail di atas sesat. Demikian pula lagu Padamu Negeri, bukan lagu sesat. Gedang Kepok hanya tidak setuju dengan mudahnya penyair ini menfatwakan lagu nasional sesat.
Salam Kompasiana! Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H