Kalau SBY nonton inagurasi Donald Trump mungkin beliau tersinggung berat dengan pidato inagurasi yang singkat padat dan penuh kritik pada para politisi yang hanya omong doang kurang kerja. Bukankah ini sindiran tajam dan tepat sasaran pada mantan Presiden dari Partai Demokrat yang akhir-akhir ini sering berkeluh kesah, mengkritik pemerintah, dan mengancam demonstrasi akan terus berjalan sampai lebaran kuda? Trump bilang begini: "We will no longer accept politicians who are all talk and no action -- constantly complaining but never doing anything about it. The time for empty talk is over. Now arrives the hour of action." Intinya, keluh kesah dan omong kosong politisi sudah berkahir. Saatnya untuk kerja.
Kelihatannya Trump meniru Jokowi yang berslogan: "Kerja! Kerja! Kerja!" Dan SBY, pencipta lagu yang selalu prihatin, hanya bisa semakin prihatin karena setelah lengser jabatan beliau sudah "out of touch" alias tidak bisa memahami rakyat Indonesia yang sedang berubah. SBY sudah masa lalu dan usahanya menggunakan ormas radikal untuk menjegal lawan anaknya di Pilkada di DKI tak bakal merubah apa-apa. Apalagi setelah debat, rakyat Jakarta semakin tahu siapa Agus Yudhoyono sebenarnya: mantan tentara yang pintar menghapal dan hasil didikan Amerika. Dan dalam debat pertama, hanya pasangan no 2 yang tampan realistis dan dewasa, tanpa banyak jargon, tapi mau kerja, kerja, kerja.
Bukankan pidato Trump itu seperti menyiram luka SBY dengan garam beryodium? Persis seperti Partai Demokrat Amerika yang hanya bisa mengkambinghitamkan berita hoax atas kekalahan Hillary Clinton, SBY merasa resah dan prihatin dengan hoax yang menghajar dirinya dan Agus anaknya. Menyalahkan berita hoax atau menyalahkan Rusia seperti Partai Demokrat Amerika tak bakal mengubah pecundang menjadi pemenang. Hillary Clinton yang dibully Trump dengan sebutan "Crooked Hillary" kalah karena memang dia juga out of touch, dan dianggap bagian dari politisi korup yang suka membohongi rakyat. Persis seperti Hillary, SBY dan Agus anaknya juga merupakan bagian dari Partai Demokrat yang dipersepsikan oleh rakyat sebagai Partai Korup karena banyak tokohnya tertangkap KPK dan dipenjara.
Akhirnya, Gedang Kepok hanya bisa memberi nasehat Bapak SBY untuk bersiap legawa kalau anaknya kalah Pilkada di DKI. Tidak perlu men-tweet keprihatinan, menyalahkan berita hoax, atau menyalahkan Rusia untuk kekalahan Agus dan Sylvana nantinya. Saatnya untuk melihat ke dalam dan mengevaluasi. Mungkin sudah saatnya Bapak SBY mengarang lagu lagi (mengarang lagu masih dianggap kerja). Mungkin sudah saatnya Pak SBYmerotasi atau menyingkirkan politisi-politisi Partai Demokrat yang omong doang tanpa kerja seperti Roy Suryo dan Andi Arief. Mereka akan terus menjadi wajah depan Partai Demokrat yang akan terus  dibenci dan dibully rakyat.!
Salam Kompasiana! Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H