Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu... -

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebo Marcuet, Menteri Rini, dan PDIP

29 Juni 2015   21:17 Diperbarui: 29 Juni 2015   21:17 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alkisah Kebo Marcuet yang berjasa besar pada Raden Wijaya dan Kerajaan Majapahit merasa kecewa. Jasanya yang besar rasa-rasanya tidak dianggap, bahkan dirinya merasa disingkirkan. Karena itulah, bangswan penguasa daerah Blambangan ini berontak. Itulah kisah perang Paregreg yang berlangsung lima tahun dan berakhir dengan kematian Bre Wirabumi, yang oleh pujangga Kerajaan Majapahit diberi nama Kebo Marcuet alias Kerbau yang kecewa.

Kisah Kebo Marcuet itu persis seperti Banteng bermulut putih dan bermata merah PDIP. Karena desakan publik, PDIP akhirnya mendukung Jokowi menjadi calon presiden dan akhirnya berhasil membawa mantan Gubernur Jakarta itu di Istana Negara. Saham yang luar biasa yang diharapkan partai dapat di-cash-kan dalam bentuk jabatan menteri-menteri dan direktur-direktur BUMN yang akan menjadi pundi-pundi pemasukan partai.

Jokowi ternyata bukan boneka Mega seperti yang telah dikampanyekan musuh-musuh politiknya. Jabatan menteri BUMN diserahkan pada Rini, yang awalnya memiliki kedekatan pada Megawati. Namun sepak terjang Rini di bawah Jokowi jauh dari harapan Megawati dan PDIP. Jabatan-jabatan direktur BUMN, yang diharapkan jatuh ke kader partai atau simpatisan partai Moncong Putih ternyata tidak menjadi kenyataan. Karena itulah, setelah beberapa bulan, Menteri Rini adalah menteri yang paling sering dikritik dan ditekan oleh PDIP. Bahkan partai ini menekan habis-habisan Jokowi untuk segera mengganti Menteri gesit dan cerdas secepatnya. Bahkan skenario hitam pun dibuat untuk menghabisi menteri yang dianggap telah membelot dan telah berkhianat pada partai karena tidak menggolkan calon-calon titipan partai menduduki jabatan-jabatan strategis di BUMN.

Sekarang Jokowi semakin ditekan dengan munculnya transkrip yang seolah-oleh mendeskreditkan menteri Rini dan mempertanyakan loyalitasnya pada presiden. Seorang menteri wanita yang awalnya merupakan titipan partai dan kemudian tidak bisa dikendalikan memang akan menjadi sasaran amukan kader-kader banteng yang kecewa. Seperti Kebo Marcuet, kader-kader Banteng ini memberi ultimatum dan tekanan pada Jokowi untuk untuk mere-shuffle kabinet dan menyingkirkan mereka yang dianggap "para pengkhianat".

Publik dan rakyat banyak, mungkin tidak tahu hiruk pikuk dibalik perebutan kekuasaan kementerian BUMN ini. Tetapi PDIP sudah sangat lapar setelah dua periode tersingkir dari pemerintahan dan kader-kader mereka sudah seperti burung nazar, bahkan bersedia menghabisi dan memakan teman seiring sejalan.

Harapan Gedang Kepok adalah agar Jokowi tetap tegar dan kuat dan tidak menjadi boneka dan tidak terombang-ambingkan oleh tekan partai yang luar biasa. Kita tahu, menteri Rini lebih perform daripada Puan Maharani yang tidak jelas misinya. Namun apa dikata, menteri-menteri dari partai sama sekali tidak pernah dikritisi dan ditekan secara luar biasa. 

Belajar dari perang Paregreg yang berlangsung lima tahun, Jokowi harus tunjukkan daya juang dan ketahanan tinggi di tengah krisis dan tekanan. Sepertinya Jokowi harus berani membuat PDIP jadi Kebo Marcuet--Kerbau yang kecewa untuk kedua kalinya.

 

Salam Merdeka! Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun