Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu... -

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Calon Arang: Risma di Tengah Politik Patriarkal

20 Februari 2014   14:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Risma, walikota Surabaya termangu dan berkaca-kaca menggambarkan betapa besarnya tekanan dan intrik politk yang menyerangnya. Tidak hanya dari lawan dari partai politik yang seberangan, tetapi tekanan itu datang juga dari partai yang mengusungnys, PDIP, serta pengusaha hitam yang mati-matian berusaha merebut aset ekonomi atau terusik karena kebijakan Risma yang teguh pada prinsip dan moral yang dianutnya. Wanita di tengah kancah politik kekuasaan, seperti halnya Calon Arang, pemimpin perkasa yang dianggap mengancam kekuasaan patriarkal, akhirnya binasa karena tipu daya dan pengkhianatan.

Menjadi pemimpin wanita memang tidak mudah karena dunia perpolitikan adalah dunia patriarkal. Kisah Calon Arang menjadi bukti betapa wanita yang menonjol dengan kepemimpinan, akan sulit bertahan karena akan ditekan dan diserang dengan berbagai tipu daya.  Kisahnya sendiri sudah sangat terkenal, tetapi versi yang kita kenal itu adalah versi pemenang: versi Airlangga dan versi Brahmana Lohgawe. Kita tidak pernah mendengar cerita sesungguhnya dari wanita perkasa dari Dusun Dirah ini.

Mungkin kita akan mengernyitkan dahi kala mendengar bahwa Calon Arang adalah wanita bijak nan perkasa yang didukung oleh rakyatnya. Empatinya pada penderitaan rakyat, membuatnya bersinar di tengah kekacuan politik zaman Airlangga, pesaing potential dinasti yang berkuasa. Kekhawatiran Airlangga, memaksanya untuk membinasakan wanita perkasa ini dan Dah Hyang Lohgawe, bersama pengikutnya diutusnya untuk menyingkirkan pesaing tahta kerajaan. Rumor dihembuskan bahwa sesungguhnya Calon Arang adalah jelmaan Durga, dan juga dukun kejam yang menyebar guna-guna.

Tipu daya Brahmana ini tetap tak berguna karena Calon Arang adalah wanita jujur dan perkasa yang siap berkorban demi rakyatnya. Karena itulah muslihat lain diaturnya. Putra Brahmana itu mengawini anak Calon Arang dan kemudian mengkhianatinya. Pembaca sudah tahu akhir cerita tragis ini dan sekarang kita menghadapi cerita yang hampir sama di Surabaya.

Risma dengan gagah berani membela prinsip dan kebjakannya yang pro rakyat. Banyak orang terusik dan banyak orang tidak menyangka tidak semudah itu mengendalikan Risma untuk kepentingan mereka. Saat mengusungnya, PDIP sudah waswas dan beberapa kali mencoba menelikungnya. Pengusaha hitam, bekerja sama dengan politisi busuk Surabaya sudah lama pasang jaring-jaring untuk menjebak Risma.

Apakah nasibnya akan sama dengan Calon Arang dari Dusun Dirah, Wanita perkasa yang berani melawan Raja Airlangga? Kita akan menantikannya dan berharap cerita kali ini akan berbeda.

Salam Kompasiana! Salam Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun