Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu... -

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koalisi Busuk, Rahwana, & Wibisana

11 September 2014   08:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:01 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah pertentangan besar terjadi dalam keluarga kerajaan Alengka. Rahwana, raksasa yang lahir dari sekepal darah ini telah menculik Sinta dan sekarang balatentara kera dengan Rama dan Lesmana berdiri sebagai pemimpin dan Hanoman kera putih sebagai panglima telah mengepung Alengka. Wibisana minta kakaknya untuk segera mengembalikan Sinta supaya rakyat lepas dari petaka sementara Rahwana berkeras Sinta adalah miliknya. Rahwana adalah raja diraja yang punya kuasa tidak hanya di dunia. Bahkan dewa-dewa pun sungkan karena Rahwana, jelmaan sekepal darah dan sekepal dosa itu tidak ada matinya.

Kalau partisipasi langsung rakyat itu adalah Sinta--Ibu Pertiwi yang memberikan harapan kepada rakyat jelata--Ia telah dicuri dan ditelikung oleh koalisi busuk yang dipimpin oleh Wawa-Si Rahwana Muda dan didukung pasukan raksasa termasuk Buto Cakil yang selalu mengganggu perjalanan para ksatria dan mencari kesempatan untuk mengumpulkan harta dunia. Dalam kemelut ini, Ahok adalah Wibisana, yang dengan berani menyerukan keyakinan nuraninya. "Kembalikan Sinta pada yang empunya! Kembalikan demokrasi pada partisipasi rakyat jelata!"

Kita semua tahu, Rahwana tidak bisa binasa meski ia kalah berulang kali. Dendamnya selalu membara dan siap menhancurkan apa saja. Hidupnya lebih buruk dari kematian karena ia mengalami kekalahan tetapi tidak pernah mengakuinya. Jiwanya kering dan amarahnya mudah meledak--seperti angin beracun yang siap membinasakan siapa saja. Namun demikian, Rahwana tidak akan pernah menang karena Wibisana, hati nurani rakyat itu telah meninggalkannya.

Sedang berduka karena demokrasi Indonesia sedang dalam ancaman koalisi busuk--Gabungan Alengka & Kurawa, dengan dukungan Drona, Sengkuni, dan Si Gila Durmagati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun