Mohon tunggu...
KKN KOLABORATIF KELOMPOK 206
KKN KOLABORATIF KELOMPOK 206 Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN KOLABORATIF KELOMPOK 206 JEMBER 2023

Difabel dalam mengembangkan potensi diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN Kolaboratif Kelompok 206 Mengenal Potensi UMKM yang Ada Di Desa Sumberwaru

30 Juli 2023   22:12 Diperbarui: 30 Juli 2023   22:17 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok 206 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif periode II tahun 2023 merupakan salah satu kelompok KKN Kolaboratif yang diterjunkan di Kabupaten Jember tepatnya di Desa Sumberwaru, Kecamatan Sukowono. Upacara pelepasan dilakukan langsung oleh Bupati Jember pada Senin (17/07) di Alun-alun Jember. Kelompok 206 KKN Kolaboratif mengusung program kerja pemanfaatan sampah plastik dengan menjadikannya ecobrick.

Program kerja KKN Kolaboratif kelompok 206 yang memanfaatkan sampah plastik dengan menjadikannya ecobrick diawali dengan melakukan kegiatan observasi oleh peserta KKN untuk mengetahui potensi dan permasalahan pada setiap dusun di Desa Sumberwaru. KKN kelompok 206  melakukan observasi tentang potensi desa pada Bapak Bagus, selaku Sekretaris Desa (Sekdes) dan beberapa kepala dusun di Desa Sumberwaru. Bapak Bagus menjelaskan bahwa Desa Sumberwaru memiliki dua dusun. “Dusun di Desa Sumberwaru ada dua, yaitu Dusun Krajan dan Dusun Kebon," jelasnya pada Jum'at (14/07).

Selain permasalahan tentang sampah, Desa Sumberwaru mempunyai potensi UMKM. Desa Sumberwaru memiliki banyak potensi UMKM, salah satunya yaitu ternak kelinci yang layak untuk terus dikembangkan. Kelinci merupakan hewan ternak yang masih trend dan banyak peminatnya sampai sekarang.

Salah satu pelaku UMKM yaitu Firman yang merupakan seorang mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian yang sekarang masih menempuh gelar S1. Ia sekarang sedang menjalankan bisnisnya yaitu ternak kelinci. Awalnya, Ia memiliki dua ekor kelinci yaitu jantan sama betina yang dimulai tahun 2022. Semakin lama jumlah kelinci yang dimilikinya semakin banyak. Dalam beternak kelinci ini, perbandingan perkembangbiakan kelinci 1:10, yaitu satu jantan untuk 10 betina. Anakan kelinci tersebut dipisahkan satu sama lain agar tidak terjadi pertengkaran satu sama lain. Firman memilih untuk beternak kelinci karena pasar di daerah Jember masih lumayan tinggi peminatnya. Di sisi lain, air kencing dari kelinci tersebut dapat diolah untuk pembuatan pestisida dan pupuk.

Penamaan kelinci milik Firman ini sesuai dengan nama bulunya. Apabila berwarna putih ada hitam-hitamnya disebut broken. Target pasar dari bisnis yang dilakukan oleh Firman tersebut sudah sampai Bali. Firman mangaku mendapatkan omset sekitar 400-500 ribu rupiah yang mana perhitungan omset ini dilakukan setiap tiga bulan sekali karena anakan kelinci baru bisa dijual saat berusia tiga bulan atau lebih. “Kelinci yang sudah berumur satu tahun dan besar bisa dijual dengan harga 100-200 ribu rupiah. Kalau yang kecil mulai dari 30-35 ribu rupiah. Kelinci baru bisa dijual ketika usianya 1,5 bulan sampai 2 bulan. Kalau usianya masih dibawah itu tingkat stresnya masih tinggi dan lebih rentan meninggal," ujar Firman (23/07).

Kelinci yang dipelihara oleh Firman terdapat dua jenis kelinci yaitu jenis rex carpet dan jenis lokal. Jenis rex carpet memiliki bulu halus, sedangkan jenis lokal memiliki bulu yang mekar tapi tidak sehalus jenis rex carpet. Kelinci ini diberi makan ampas tahu dan potongan sayur.  Dalam satu hari kelinci diberi makan hanya dua kali sehari, pagi dan sore menjelang malam. Hal yang perlu diperhatikan ketika memelihara kelinci adalah tidak boleh mengganti jadwal makan dari kelinci tersebut karena pergantian jadwal makan pada kelinci hanya akan menyebabkan kelinci sakit seperti diare.

Selain kelinci, Firman juga beternak kambing yang berjenis dormas. Tipe kambing yang dipelihara ada dua, yaitu tipe breeding untuk pembiakan dan tipe vetening untuk penggemukan. Dari ternak kambing ini, sudah ada tiga ekor kambing hasil breeding. Pengembangbiakan kambing memiliki aturan yaitu 1:5 yang artinya 1 jantan untuk 5 betina.

Selain ternak kelinci dan kambing, Firman juga memiliki usaha makanan snake seperti basreng dan makaroni, biasanya dia menjual nya di kantin universitas jember tempat dia menempuh S1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun