Geby Dhea Angreini Puspita Sari adalah salah satu mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dari fakultas Manajemen  melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padi Kabupaten Mojokerto, dengan Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Bapak Ardhi Islamudin S.E., M.ADesa Padi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Desa Padi memiliki tiga dusun yaitu dusun Slawe, Dusun Padi dan Dusun Tameng yang terbagi menjadi 12 RT dan 5 RW dengan Jumlah Desa Padi Kurang lebih 1.500 Jiwa. Secara Geografis Desa Padi terleta, di daerah pegunungan dengan mayoritas warganya bermata pencaharian sebagai petani. Dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah pertanian, komiditas utama yang dihasilkan di Desa Padi adalah padi, ubi jalar dan jagung dan beberapa jenis sayuran. Selain hasil pertanian beberapa warga desa padi membudidayakan ikan.
Jumlah tanaman jagung yang melimpah membuat limbah bonggol jagung terus meningkat. Sayangnya, masyarakat seringkali membuang bonggol jagung begitu saja tanpa mengolahnya terlebih dahulu, sehingga berakhir sebagai sampah. Untuk mencegah pembuangan yang sia-sia, seorang mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN di Universitas 17 Agustus 1945 Inovasi 1 telah memberikan ide inovatif untuk mengolah limbah bonggol jagung tersebut menjadi briket. Briket ini dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak tanah dan gas elpiji. Hal ini sangat penting mengingat cadangan energi fosil di Indonesia semakin berkurang dari tahun ke tahun dan diperkirakan akan habis dalam jangka waktu yang lama.
Briket sendiri merujuk pada bahan bakar padat yang terbuat dari biomassa yang mengandung karbon dan memiliki nilai kalor yang tinggi. Proses pembuatan briket melibatkan pengarangan bonggol jagung, yang kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bahan perekat khusus. Campuran briket ini kemudian dicetak dalam bentuk tertentu sampai padat dan dikeringkan. Briket memiliki beberapa keunggulan, seperti kemudahan dalam proses penyalakan, nyala api yang kuat, dan waktu bakar yang lama. Selain itu, briket menghasilkan sedikit asap saat digunakan. Keunggulan-keunggulan ini membuat briket menjadi pilihan yang cocok bagi mereka yang menggunakan tungku tradisional secara berkelanjutan dalam waktu yang cukup lama. Selain memberikan efisiensi dalam pembakaran, penggunaan briket juga dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran.
Kegiatan sosialisasi mengenai pembuatan briket dari bonggol jagung dilakukan dengan cara mendatangi langsung para petani yang sedang ada di sawah. Kegiatan ini telah terlaksana dengan baik pada hari Jumat, 7 July 2023 pukul 14.30 -- 15.00 WIB.
Proses pembuatan briket arang bonggol jagung
- Bersihkan bonggol jagung dan pastikan sudah kering
- Bonggol jagung yang sudah kering dimasukkan ke pembakaran
- Tumbuk dan ayak (sortasi/pemilahan) arang bonggol jagung
- Campurkan arang yang dihasilkan dari pembakaran bonggol jagung dengan perekat (bisa dengan lem kanji)
- Siapkan cetakan briket (bisa dari pipa paralon)
- Bonggol jagung dicetak
- Pengeringan (bisa dengan menjemur dibawah sinar matahari selama 1-2 hari)
- Pengemasan
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petani dalam memanfaatkan limbah bonggol jagung menjadi briket yang bernilai jual. Dengan memanfaatkan limbah ini, diharapkan dapat mengurangi polusi lingkungan, menciptakan sumber energi alternatif, serta memberikan peluang usaha bagi masyarakat Desa Padi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan mereka.
#UntagSurabaya #KitaUntagSurabaya #UntukIndonesia #UntagSurabayaKeren #EcoCampus #Kampuskompeten
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H