Mohon tunggu...
Gebi Rolina Silitonga
Gebi Rolina Silitonga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Accountancy Department

Talk about Skincare|Accounting|Selfgrowth|Student Accounting I am also a short story and novel writer on one of the online social media platforms.

Selanjutnya

Tutup

Book

Tempat Sampah Istimewa

21 Oktober 2022   14:59 Diperbarui: 1 Februari 2023   16:42 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat pendengar setia, Pacar pendengar yang bagus, Orangtua pendengar yang paling tepat! :)

Sudah berapa lama kata ini berlaku? 1 dekade, 2 dekade dan selanjutnya...

Hai teman saya yakin kita semua mempunyai 1 atau 2 orang teman,sahabat atau bahkan keluarga dan lainnya yang jadi teman curhat atau setidaknya pendengar setia ketika kita menghadapi masalah.

Ketika kita mempunyai masalah kita cenderung meluapkan apa yang menjadi beban pikiran kita ke orang yg kita anggap sebagai pendengar setia.
misalnya : ketika kita bertengkar dengan orang lain, atau kita bukannya bertengkar tapi kita dipihak yang hanya menonton kedua pihak tersebut.Akan tetapi kita bisa melihat dimana letak kesalahan orang tersebut.

Namun kita tidak dapat mengungkapkannya di saat yg bersamaan karena panasnya situasi, terkadang kita memendamnya sendiri. Alhasil adanya emosi yang tersembunyi di dalam diri sendiri.

Selepas itu kita kembali mengutarakan pendapat namun bedanya bukan lagi ke orang yang memiliki konflik tersebut namun ke orang lain (pendengar setia ya). Tanpa kita sadari kita meluapkan emosi itu dengan kata2 kasar, intonasi yang naik 1 oktaf, mengeluarkan segala keluh kesah.

Orang yg menjadi pendengar setia tersebut secara tidak langsung telah mengkomsumsi makanan yang tidak sehat atau negatif,orang tersebut menerima muntahan keluh kesah kita, masalah-masalah dan racun lainnya.

Dan yang sering terjadi pendengar setia tersebut menyampaikan hal tersebut ke orang lain juga. Nah kalau di pikir, kita berada di tahap:
Akulah yang selalu ingin dimengerti tanpa kusadari,aku bahkan tidak tahu banyak apa saja yang sudah ia bagi kepadaku.Apakah ia juga mempercayakan rahasianya padaku?Apakah ia juga bertahan dengan menyayangiku?Bukankah seharusnya sebuah hubungan terjalin timbal balik yg seimbang?Namun terkadang kita terlalu nyaman dengan seseorang tanpa dapat melihat hubungan macam apa yang sedang dijalani.Apakah hubungan itu sehat,atau perlakuan kita tidak membuat mabuk racun,atau bahagia tanpa merasa terpaksa?

Sesekali, kita harus mengevaluasi diri, seperti general check up disebuah rumah sakit,mungkin why not?

Kusimpulkan setelah membaca buku sayangi Dirimu,Berhentilah Menyenangkan Semua Orang_Sabrina Ara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun