Mohon tunggu...
Gabriella Gebby
Gabriella Gebby Mohon Tunggu... -

Komunikasi Strategis 2015 - Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Comicos 2017, Konsepsi Perempuan Indonesia dalam Refleksi Kritis

30 September 2017   00:33 Diperbarui: 30 September 2017   00:53 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berkembangnya bidang informasi dan teknologi, terdapat berbagai pro dan kontra mengenai keikutsertaan Indonesia dalam kontes ratu kecantikan dunia. Penelitian ini melihat konteks keindonesiaan dalam ajang ratu kecantikan. Media melakukan konstruksi mengenai bagaimana masyarakat memaknai kehidupan sosialnya melalui pemberitaan secara luas, hal ini juga berkaitan dengan konsep dan identitas Indonesia dalam konteks internasional. 

Digunakan metode penelitian Analisis Pemaknaan (Reception Analysis) yang dilakukan secara kualitatif untuk melihat respon khalayak. Asumsi dalam ReceptionAnalysis adalah bahwa masyarakat sebagai audience tidak menerima begitu saja pemberitaan yang disampaikan oleh media. Konsep audience dalam Reception Analysisdikategorikan sebagai khalayak yang aktif, dimana penggunaan media merupakan bentuk refleksi bagaimana audience memaknai konteks kehidupan sosialnya.

Wacana mengenai perempuan Indonesia semakin berkembang terutama saat Indonesia mengirimkan wakil untuk mengikuti kontes ratu kecantikan dunia. Berbagai pertanyaan mulai muncul terkait pantas atau tidaknya wakil Indonesia mengikuti ajang kecantikan tersebut atau identitas Indonesia berhasil ditampilkan atau tidak. Penelitian ini berfokus mengenai interpretasi perempuan Indonesia terkait identitas keindonesiaan dalam kontes ratu kecantikan. 

Masalah yang sering dihadapi perempuan Indonesia adalah persoalan image yang ditampilkan oleh media. Media seringkali tidak memberikan gambaran tentang kontribusi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Pencitraan perempuan dalam media tidak sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, media lebih memperlihatkan citra perempuan yang sama rata dan mensosialisasikannya sebagai peran yang tradisional. 

Definisi cantik bagi perempuan turut dikonstruksi oleh berbagai produk media melalui iklan, film, tayangan televisi, artikel berita, dan lain sebagainya. Peran serta perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun dunia hiburan semakin menjadi sorotan media massa dengan mengekspos sisi feminitas. Media melakukan strategi agar khalayak memberikan makna tertentu atas diri seseorang, begitu pula makna atas konsep keindonesiaan dalam kontes ratu kecantikan dunia melalui berbagai produk liputan media tersebut.

Keikutsertaan Indonesia dalam ajang kontes kecantikan dunia membentuk persepsi bagi sebagian warga Indonesia yang menilai ajang untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan peluang Indonesia dalam era globalisasi terutama dengan adanya gap antara negara maju dengan negara berkembang. 

Menjadi peserta yang mewakili Indonesia dalam kontes kecantikan di level internasional diharapkan mampu menjadi figure perempuan Indonesia yang ideal dengan menunjukkan identitas keindonesiaan melalui kemampuan untuk menghasilkan persepsi ideal seorang wanta Indonesia yang berbudaya ketimuran. Perempuan Indonesia dianggap pantas untuk ikut berkompetisi dalam kontes kecantikan internasional walaupun harus menekankan budaya timur. Hal ini menjadi perdebatan karena adanya perbedaan konsepsi budaya timur dengan budaya barat. 

Budaya timur menekankan pada nilai-nilai kesopanan dalam konteks ajang kecantikan ini adalah pakaian yang terus menjadi perdebatan. Sedangkan, ajang ratu kecantikan dunia lebih menekankan kecantikan fisik dibandingkan dengan kemampuan dan keterampilan ditambah lagi sponsor pakaian dalam dan baju renang dengan merek-merek dunia yang terkenal masuk dalam salah satu bagian dari penjurian. Media meliput secara luas mengenai setiap detail penjurian yang juga dijadikan ajang untuk mengiklankan produk dari sebuah merek. Kritik terhadap kontes ratu kecantikan dunia merupakan persoalan homogenisasi dan universalitas budaya barat terhadap perempuan. Dengan kata lain, perempuan cantik yang terstandard dan memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan.

Para informan dalam penelitian ini cenderung sepakat bahwa perempuan Indonesia saat ini telah mengalami banyak pergeseran karakter yakni menjadi lebih berani, pekerja keras, pandai, dan membanggakan. Informan juga berpendapat bahwa kontes kecantikan bukan sebagai bentuk homogenisasi dan standarisai budaya barat terhadap budaya timur. Kontes kecantikan melihat persoalan kemampuan dan tubuh yang cantik. Ternyata kontes tersebut tidak saja berkaitan dengan kontestasi kecantikan saja namun juga berkaitan dengan dunia hiburan. Dengan mengangkat semboyan "brain, beauty, behavior", kontes kecantikan internasional ini dianggap memiiki berbagai motif yang saling menguntungkan dengan pihak-pihak tertentu.

Perempuan Indonesia memaknai keikutsertaan Indonesia di kontestas kecantikan dunia adalah upaya dari memperkenalkan budaya Indonesia pada ranah internasional, kesetaraan dan namun pemaknaan ini sekaligus harus mengingatkan dan mengikat perempuan Indonesia akan budaya 'ketimuran' yang dianut oleh Indonesia. 

Salah satu contoh pergerseran budaya ketimuran adalah Indonesia  yang mengambil bagian dalam ajang Miss Universe, konsep keindonesiaan seakan dimaknai sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hegemoni dan dominasi budaya barat. Konsep keindonesiaan terkait identitas Indonesia sebagai bangsa bekas jajahan memang banyak dipengaruhi oleh budaya barat. Hal ini seolah menghilangkan kesadaran perempuan Indonesia bahwa karakter khas ketimuran yang asli milik Indonesia telah banyak bergeser dan dinegosiasikan dalam dimensi global. Perempuan yang mewakili Indonesia dalam kontes kecantikan level dunia ini berupaya untuk menyerupai standar ideal perempuan cantik yang berkarakter global namun masih memegang ciri khas Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun