Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Milania

10 Januari 2018   16:49 Diperbarui: 10 Januari 2018   16:52 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Credit : Beth Sinaga

Kau duduk merenungi sepi dengan lembab pipimu. Air matamu adalah tinta bening di bawah langit Malang yang merenung mendung.
Tak kuasa kau bendung rindumu, lantas kau bertanya pada selembar awan pekat yang lewat di atas kepalamu, "di manakah jalan pulang untuk sebuah rindu?" 

Dan hujan memberimu tanda tanya yang semakin panjang di bawah langit Malang yang telah sunyi menanti runtuhnya hujan menjelang senja.
Milania,

rindumu telah menjelma hujan rabu kelabu. Air matamu adalah samudera yang tak usai dilayari bahtera waktu.

Seperti sekian banyak puisi rindu yang tak usai kau tulis dengan air mata, penantian panjangmu adalah bahtera terakhir yang tak kunjung menemukan pelabuhan untuk melabuhkan seluruh rindu.

Milania,

kau adalah sepi yang sekarat di tengah birunya lautan rindu. Kau harusnya sekuat rindu ibumu yang setia dan tabah menanti kepulangan anak gadisnya yang tak pulang-pulang_


Malang, 13:31
10/1/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun