Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pria Penunggu Senja

6 September 2017   17:01 Diperbarui: 6 September 2017   17:11 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia duduk di sana,
di serambi kiri rumah.
Rumah? Tidak.
Itu layak disebut gubuk.
terlalu mewah dan terlalu indah
untuk sebutan sebuah rumah.

Walau gelisah sempat melingkari
sebab langit bumi arema
setelah terik siang tadi
turunkan awan menghitam
selimuti senja yang akan turun,
namun itu tak lantas membuatnya berhenti menanti senja yang turun.

Satu hal yang tak ia lupakan, ia duduk menanti
menunggu datangnya senja
dan mengantar senja yang akan hilang di balik pepohonan dan tiang listrik berdiri menjulang.

Ia menatap kosong cahaya senja yang memancar dan menyinari kedua matanya.

Sepertinya senja kali ini
jatuh tepat pada wajahnya,
wajah penunggu senja yang setia_

Malang, 6/9/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun