Pada baris-baris puisi yang lalu
masih tentang rindu dan pilu,
dan kau bertanya;
"mengapa selalu rindu?"
"sebab rindu tiada pernah usia,
selama belum habis usia"
Rindu yang banyak pula
merindu sahabat
merindu kekasih yang dulu yang entah
merindu saudara.
Dan nama-nama terakhir yang kan kusebut nanti, kau kan menengadah dalam kagetmu
Kau mesti tahu; bahwasanya aku miliki kekasih dahulu.
Namun ada enam nama yang seperti angin yang tiada lupa di mana pun aku, selalu ada disetiap detik dan hirupan napas.
"Ke-enam gadisku"
aku tersayat rindu dalam nama mereka
dan sudah terlampau jauh rindu membawaku pergi untuk mendekap kisah dan tawa mereka dikala menjemput dan menghantar mentari_
Malang, 26 Agustus 2017|07:55
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H