Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tersayat Rindu

26 Agustus 2017   08:17 Diperbarui: 26 Agustus 2017   11:21 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Pada baris-baris puisi yang lalu
masih tentang rindu dan pilu,
dan kau bertanya;

"mengapa selalu rindu?"

"sebab rindu tiada pernah usia,
selama belum habis usia"

Rindu yang banyak pula
merindu sahabat
merindu kekasih yang dulu yang entah
merindu saudara.

Dan nama-nama terakhir yang kan kusebut nanti, kau kan menengadah dalam kagetmu
Kau mesti tahu; bahwasanya aku miliki kekasih dahulu.
Namun ada enam nama yang seperti angin yang tiada lupa di mana pun aku, selalu ada disetiap detik dan hirupan napas.

"Ke-enam gadisku"
aku tersayat rindu dalam nama mereka
dan sudah terlampau jauh rindu membawaku pergi untuk mendekap kisah dan tawa mereka dikala menjemput dan menghantar mentari_

Malang, 26 Agustus 2017|07:55

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun