Masih kuhitung pada angka yang sama
Menanti detik berlalu
Sudah mendekati puncak yang sebentar lagi
untuk merebut doa-doa yang sudah kusemogakan sekian lama
Jauh di pembaringan,
Mentari menyusup lewat senyum ceria anak-anak yang bermain di halaman dekat jalan
Canda mereka seperti musik yang mengalun di ujung semoga
Sementara hawa lembab hari terakhir menjelang purnama mengalir disekujur raga
Menusuk. Mencubit. Bahkan mencumbui hingga relung terjauh
Pada selembar kertas putih polos,
ah, tidak polos lagi;
sudah basah, kotor, dengan tinta yang menggoreskan puisiku menjelang purnama_
Malang, Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H