Menunggumu,
adalah menghitung debu di pelupuk mata
Merindukanmu,
adalah luka yang tak kunjung kering
Mengenangmu,
adalah merindukanmu, menunggumu pun masih.
Debu dan luka kan racun membunuh
Satu-satunya cara melupakan,
adalah mencumbu cangkir berisi kopi di setiap ujung senja
Sendiri,
menggapai gerbang malam.
Menantikan dekapan bintang di bentang langit
Sampai kau tak pulang, kan kusertakan saja namamu pada baris terakhir puisiku***
Malang, 11 Juli 2017|16:59
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!