Akhir-akhir ini Kota Surabaya sering diguyur hujan lebat. Hal itu membuat beberapa titik dalam kota mengalami banjir. Berbicara masalah banjir, banyak faktor mempengaruhi. Salah satunya adalah kapasitas selokan yang tidak lagi memadai untuk menampung debit air hujan. Ketika volume air yang mengalir ke sungai tidak sebanding dengan volume air hujan maka terjadilah banjir.
Untuk itu pemerintah perlu merombak sistem drainase kota yang tidak bisa menyelesaikan masalah banjir ini. Beberapa cara bisa ditempuh, misalnya dengan menambah kapasitas selokan yang tidak sanggup lagi menampung air, atau dengan memperbaiki selokan-selokan yang mampet. Dua hal tersebut akan membuat aliran air lancar. Ketika alirannya lancar, air tidak akan sempat menggenang dan akan lebih cepat sampai sampai ke sungai.
Selain itu, pemerintah juga bisa memikirkan opsi untuk membangun terowongan air bawah tanah seperti kota-kota besar di Amerika, terutama untuk daerah yang lokasinya jauh dari sungai. Ini dilakukan agar air tidak terlalu lama “antre” di selokan dan bisa cepat sampai di terowongan air yang memiliki kapasitas untuk menampung air dalam jumlah besar. Dengan begitu banjir bisa diminimalisir.
Terowongan air bawah tanah bisa diibaratkan seperti jalan tol bagi mobil. Di tol, mobil tak perlu antre. Pun demikian halnya dengan air jika mengalir di terowongan bawah tanah. Karena pembangunan tol tengah kota masih menimbulkan pro-kontra, ada baiknya pemerintah sejenak beralih memikirkan pembangunan “tol air” tengah kota yang bisa jadi sangat berguna.
[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H