Mohon tunggu...
Gea Amanda Putri
Gea Amanda Putri Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Nama : Gea Amanda Putri NIM : 44523010052 Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Prof.Dr.Apollo,AK.,M.Si. Universitas Mercu Buana Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Besar 2_Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:35 Diperbarui: 12 November 2023   12:30 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhubungan dengan merdeka belajar, Bapak pendidikan ini juga memiliki pemikiran dengan merumuskan tiga orientasi pendidikan yang ia beri nama Tri Rahayu, ketiga prinsip tersebut saling melengkapi dan mengintegrasikan pembelajaran untuk menciptakan individu yang seimbang secara pribadi, bertanggung jawab dalam masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang orientasi Tri Rahayu, kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam pengembangan pendidikan yang holistik, berdampak positif bagi individu, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan. Berikut tiga orientasi tersebut:]

geaamanda
geaamanda
  • Memayu Hayuning Sarira (Diri Sendiri), yaitu mengacu pada pengembangan diri secara holistik. Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara fisik, mental, dan spiritual dalam kehidupan individu. Dalam pendidikan, Memayu Hayuning Sarira berfokus pada pengembangan karakter, moral, dan kecerdasan siswa. Tujuannya adalah untuk menciptakan individu yang sehat secara jasmani dan rohani, serta memiliki nilai-nilai moral yang kuat. (Dewantara, K.H. 1927.)
  • Memayu Hayuning Bangsa (Bangsa), yaitu mengacu pada pengembangan masyarakat yang bertanggung jawab dan berkeadilan. Prinsip ini menekankan pentingnya menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan saling mendukung. Dalam pendidikan, Memayu Hayuning Bangsa berfokus pada menciptakan keselarasan antara individu dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengembangkan siswa menjadi warga negara yang berkomitmen terhadap kepentingan bersama, serta mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. (Dewantara, K.H. 1932.)
  • Memayu Hayuning Bawana (Seluruh Alam Semesta), yaitu  mengacu pada pengembangan hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan sekitar. Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menjaga hubungan yang harmonis dengan alam. Dalam pendidikan, Memayu Hayuning Bawana berfokus pada pengembangan kesadaran lingkungan dan pengetahuan tentang keberlanjutan. Tujuannya adalah untuk membentuk siswa yang peduli terhadap lingkungan dan mampu mengambil tindakan untuk melindungi alam dan menjaga sumber daya alam. (Dewantara, K.H. 1936.)

Diantara konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan diatas, adapun konsep 3N, yakni Niteni, Niroke dan Nambahi. Konsep 3N ini adalah landasan utama dalam pendidikan ganzheit. Konsep ini menekankan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Dan berikut penjelasan masing-masingnya:

  • Niteni, yaitu merujuk pada pengembangan pengetahuan siswa. Konsep ini menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memfasilitasi mereka untuk aktif membangun pengetahuan. Niteni melibatkan proses kritis, refleksi, dan penalaran siswa dalam memahami dan mengonstruksi pengetahuan. Tujuan dari Niteni adalah untuk menciptakan siswa yang memiliki pemahaman yang mendalam dan kritis terhadap materi pembelajaran, serta mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. (Dewantara, K.H. 1922.) 
  • Niroke, yaitu melibatkan pengembangan keterampilan siswa. Konsep ini menekankan pentingnya pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan praktis siswa. Niroke melibatkan pengajaran keterampilan yang meliputi keterampilan akademik, keterampilan sosial, keterampilan kewirausahaan, dan keterampilan teknis. Tujuan dari Niroke adalah untuk menciptakan siswa yang kompeten, responsif, dan siap menghadapi tuntutan dunia nyata. (Dewantara, K.H. 1925.)
  • Nambahi, yaitu mengacu pada pengembangan sikap siswa. Konsep ini menekankan pentingnya pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan nilai-nilai moral, etika, dan karakter siswa. Nambahi melibatkan proses internalisasi dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari Nambahi adalah untuk menciptakan siswa yang memiliki sikap yang baik, bertanggung jawab, etis, dan mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat. (Dewantara, K.H. 1927.)

Adapun konsep lainnya, yaitu konsep Tri Nga. Konsep ini menekankan tiga aspek penting, yaitu Ngerti (kognitif), Ngarasa (batin), dan Ngakoni (melakukan), berikut adalah penjelasan dari Ngerti, Ngarasa dan Ngakoni:

  • Ngerti (Kognitif), Ngerti, yang berarti memahami, adalah komponen pertama dari konsep Tri Nga menurut Ki Hadjar Dewantara. Ngerti mengacu pada proses mendalam dalam memahami pengetahuan dan konsep. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya membangun pemahaman yang mendalam dan kritis terhadap materi pembelajaran. Siswa diharapkan tidak hanya menghafal secara mekanis, tetapi juga mampu menganalisis, menelaah, dan merespons secara kritis terhadap apa yang dipelajari. Melalui Ngerti, siswa akan memiliki pemahaman yang berarti dan relevan bagi perkembangan pribadi mereka. (Suprapto, W. 2020.)
  • Ngarasa (Batin), Ngarasa, yang berarti menghayati, merupakan komponen kedua dari konsep Tri Nga menurut Ki Hadjar Dewantara. Ngarasa menekankan pentingnya menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman dan emosi kita sendiri. Ki Hadjar Dewantara mengajak siswa untuk merasakan dan menghayati konsep-konsep yang dipelajari sehingga mereka dapat membentuk hubungan yang kuat dengan pengetahuan tersebut. Dengan cara ini, siswa akan terlibat secara pribadi dalam proses pembelajaran dan memiliki pemahaman yang lebih dalam dan terdalam. (Sanjaya, O. 2018.)
  • Ngakoni (Melakukan), Ngakoni, yang berarti mengaplikasikan atau mengimplementasikan, merupakan komponen ketiga dari konsep Tri Nga menurut Ki Hadjar Dewantara. Ngakoni menekankan pentingnya siswa untuk mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari. Ki Hadjar Dewantara mengajak siswa untuk melihat relevansi dan kegunaan pengetahuan dalam realitas kehidupan mereka, dan mendorong mereka untuk menggunakannya dalam tindakan dan keputusan mereka. Melalui Ngakoni, siswa dapat mengembangkan keterampilan praktis dan menjadi individu yang mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan bijak. (Dwipriyanti, S. 2019.)

Dalam berpendidikan, lingkungan juga sangat mempengaruhi dalam proses belajar, maka dari itu Ki Hadjar Dewantara mencetuskan konsep pendidikan lainnya yaitu Tri Sentra Pendidikan:

  • Alam Keluarga/Informal, yaitu sentra pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga. Ki Hadjar Dewantara mengakui peran penting keluarga dalam membentuk karakter dan moral siswa. Sentra pendidikan ini menekankan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh orang tua, seperti moralitas, etika, dan tanggung jawab. Selain itu, dalam lingkungan rumah, siswa juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan praktis seperti memasak, membersihkan, dan berkomunikasi. (Dewantara, K.H. 1922.)
  • Alam Sekolah/Formal, sekolah adalah sentra pendidikan formal yang memiliki peran utama dalam memberikan pengetahuan intelektual dan keterampilan akademik kepada individu. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa pendidikan di alam sekolah harus mengedepankan pembelajaran yang berbasis pada kehidupan nyata, menekankan pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan keterampilan kritis. Selain itu, melalui pendidikan di sekolah, individu juga belajar berinteraksi dengan orang lain, menghormati perbedaan, dan mengembangkan kemampuan sosial. (Dewantara, K.H. 1962.)
  • Alam Masyarakat/Informal, di dalam alam masyarakat, individu belajar melalui pengalaman langsung, berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari. Ki Hadjar Dewantara menegaskan pentingnya partisipasi dalam kegiatan sosial, pengabdian kepada masyarakat, dan pengenalan terhadap berbagai aspek kehidupan di sekitarnya. Melalui interaksi dengan masyarakat, individu dapat mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab sosial. (Dewantara, K.H. 1932.)

Beliau juga mencetuskan beberapa sistem pembelajaran yaitu Sistem Among. Sistem ini sebelumnya hanya digunakan di Perguruan Taman Siswa, namun saat ini sistem among digunakan untuk kurikulum merdeka. Berikut adalah beberapa sistem among yang beliau cetuskan:

  • Momong, Momong merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada guru. Dalam sistem Among, guru berperan sebagai pemimpin dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Momong bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada ngemong. Guru juga berperan sebagai teladan yang baik, memberikan bimbingan dan dukungan kepada ngemong dalam aspek akademik maupun pengembangan karakter. Momong diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang terbuka, ramah, dan inspiratif bagi ngemong. (Dewantara, K.H. 1935.)
  • Among, among adalah istilah yang merujuk pada mentor atau pendamping dalam sistem Among. Among berperan sebagai figur yang bijaksana dan berpengalaman yang memberikan panduan dan nasihat kepada ngemong. Among membantu ngemong dalam mengembangkan potensi diri, menanamkan nilai-nilai kehidupan, dan membentuk karakter yang baik. Among juga berperan sebagai mediator dalam hubungan antara momong dan ngemong, membantu mereka membangun komunikasi yang efektif dan saling pengertian. (Dewantara, K.H. 1930.)
  • Ngemong, Ngemong merupakan individu yang aktif dalam proses pembelajaran, mencari ilmu, dan memperoleh pengalaman dari momong dan among. Ngemong juga memiliki peran dalam memperkuat hubungan dengan momong dan among, dengan membuka diri terhadap pengetahuan dan nasihat yang diberikan. Ngemong juga memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. (Dewantara, K.H. 1927.)

Ki Hadjar Dewantara membuat beberapa konsep pendidikan atau yang biasa disebut Panca Dharma yang telah menjadi dasar dan jiwa Perguruan Taman Siswa. Dasar-dasar pendidikan ini dibuat pada tahun 1947 dan mengacu beberapa asas, yaitu: (Dewantara, K.H. 1923.)

geaamanda
geaamanda

1. Asas Kemerdekaan

Asas kemerdekaan merupakan prinsip penting dalam konsep Panca Dharma menurut Ki Hadjar Dewantara. Beliau mengajarkan pentingnya kemerdekaan dalam segala aspek kehidupan, baik itu kebebasan berpikir, berbicara, maupun bertindak. Asas kemerdekaan ini tidak hanya berlaku bagi individu, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa kemerdekaan adalah hak yang harus dipertahankan dan diperjuangkan secara terus-menerus.

2. Asas Kodrat Alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun