Ku tatap seorang anak kecil di sudut jendela
Matanya sendu menatap langit biru
Tak ada kalimat dan suara yang terdengar
Hanya desah lambat nafas bergemuruh di dadanya.
"Diamlah wahai semesta. Biarkan aku bernafas sebentar saja."
Anak itu berkata setengah berteriak
Tiba-tiba ia menangis
Aku ingin merengkuhnya tapi terhalang ruang dan waktu.
Seperti permintaannya, semesta terdiam
Anak itu kemudian berbalik, memandang ke arahku
"Sudah selesai.", katanya lagi.
Aku menatapnya bingung, tidak percaya.
Secepat itukah?
Anak itu tersenyum
Tidak ada kecewa, sakit hati dan amarah lagi di matanya
Ia mengulurkan tangannya kepadaku
"Sudah selesai.", katanya lagi.
Aku segera berlari ke arahnya
Anehnya, tidak ada lagi batas ruang dan waktu antara kita
Aku sambut uluran tangannya, ku dekap dirinya
"Sudah selesai.", katanya lagi.
Baru aku sadari, anak kecil itu ialah aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H