Sebuah artikel, cerpen, dan produk-produk tulis menulis lainnya terlahir dari sebuah pemikiran dan perenungan dari si penulisnya.
Kata demi kata yang tertulis merupakan untaian kisah dan rasa yang bukan saja bisa memanjakan mata yang membacanya namun juga bisa memberi pemikiran dan cara pandang baru dalam kehidupan.
Setiap pemikiran dan perenungan tentu saja memerlukan upaya dan daya dalam melakukannya. Waktu, riset, banyak membaca, mendengar, mengamati adalah beberapa hal dari sekian banyak yang harus dilakukan untuk bisa mencapai titik pemikiran dan perenungan itu.
Sampai akhirnya terbitlah sebuah karya yang tertulis.
Setiap karya menjadi berguna buat sesama apabila bisa dipersembahkan ke tengah khalayak umum agar bisa dinikmati, dicermati dan dikritisi.
Media sosial adalah salah satu pintu bagi setiap penulis agar bisa membawa tulisannya kepada khalayak ramai.
Tentu saja sebagai pintu, media sosial tidak bisa memilah milah mana yang memenuhi syarat sehingga bisa melewatinya atau mana yang tidak. Semua mendapat kesempatan yang sama.
Karena pintu adalah sarana, bukan alat deteksi.
Dan ketika suatu karya yang tertulis akhirnya sampai kepada si pembaca maka hanya ia yang bisa memilih untuk membiarkan ide yang terdapat dalam tulisan itu merasuk ke dalam pikirannya atau hanya numpang lewat saja.
Sayangnya, tidak semua ide yang terdapat dalam suatu karya bisa memperkaya mental dan spiritual si pembaca. Ada yang malah bisa memporak porandakan bahkan membumi hanguskan apa yang sudah dibangun dalam mental dan spiritual si pembaca sebelumnya.