"SIALAN." Aku langsung menggebuknya, terjengkang.
Aku terbangun. Penuh keringat. Nafas memburu. Tersengal. Matahari sudah naik sepenggalahan.
"Tok. Tok. Tok... Asslamualaikum. Ada orang."
"Walaikumsalam." Aku langsung menuju pintu dan membukakannya untuk tamu pagiku.
"Maaf, Lif. Kau ditolak."
"Hah?"
"Kata redaksi keuangan media sedang cekak. Tidak mungkin menambah karyawan."
Mampus.
Kemaren belum terlalu sempurna untuk mengenang sebagai hari paling buruk dalam hidupku, mungkin Tuhan masih bersimpati dengan memolor waktu hingga satu malam. Namun hari ini, meskipun begitu cerah, hatiku benar-benar sedang berkabung. Buntung.
Tiba-tiba aku teringat mimpi barusan, "Jangan sampai lupa kunci" yang terus-menerus ditodongkan padaku.
Catatan: cerita ini terinspirasi dari mimpi benaran.