Dari situ saya tau, sebagai pasien BPJS Kesehatan proses administrasi yang dilempar ke sana ke mari pasti membuat orang awam pusing tujuh keliling. Jarak Poliklinik---tempat ngurus administrasi dan chek up---dengan Lab dan Apotik lumayan berliku. Setidaknya begitu dirasa si awam, bapak juga bilang begitu.
Ditambah pasiennya juga lumayan dan dokter yang menangani tidak berbilangan (minim) jadi hal yang tidak menarik tambahan (tau kan ngatre itu gimana?).
Masih dibagian administrasi baru-baru ini saya juga diberi kesan seolah: dilarang sakit lewat jam dua belas. Kenapa? Karena pendaftaran sudah tutup jam dua belas siang. Kecuali bagian UGD.
Selain karena paginya gerimis dan harus membuat rujukan ke puskemas kecamatan yang menyita waktu dan jarak kampung-RS juga lumayan jauh. Terpaksa kami tiba lewat jam dua belas, sekitar jam satu. Sudah sepi. Kami kaget.
Saya menemui perawat yang masih di situ, mungkin juga sedang berkemas dan dokternya masih di situ pula. Berharap masih dilayani. Tidak bisa. Katanya harus melalui itu, sambil menunjuk ke ruang pendaftaran. Iya sih rekam mediknya kan di situ. Kami disarankan datang besoknya, lebih pagi.
Lagi, besoknya masih pagi bumi Seribu Bukit diterpa gerimis. Saya lebih memilih menunggu reda, dengan pertimbangan akan mempengaruhi kondisi bapak. Tapi Bapak memaksa, katanya hujannya kecil.
Masih pagi kami tiba. Baru sekitar sepuluh pasien yang sudah hadir. Langsung melakukan registrasi. Perlahan ruang tunggu dipenuhi pasien dan juga pengantar. Bisa dibilang lebih banyak pengantar.
Rasa bosan tiba-tiba muncul. Dokter belum ada. Saya pun bolak balik ke luar ruangan, membakar paru-paru demi membunuh rasa bosan tadi. Baru sekitar pukul 10:30 ada panggilan dari ruang yang kami tunggu. Bukan bapak, karena kami nomor urut dua. Keadaan yang nyaris serupa sudah dua kali saya dan bapak alami.
Maka, apa yang membuat orang awam lebih memilih jasa dukun ketimbang dokter sekalipun itu gratis?
1.Proses administrasinya yang rumit
Saya kira masalah adminitrasi akan menjadi 'catatan' bagi pasien awam. Seperti pengalaman saya diatas, adanya lempar melempar ke berbagai sudut sambil membawa dokumen cukup memusingkan. Mending berobat ke dukun, tidak harus pakai kertas pula. Pikir mereka.