Kecintaan masyarakat Negeri Seribu Bukit, Gayo Lues, akan kesenian dan kebudayaan tidak perlu dirakukan lagi. Meski bisa dikatakan semakin tergerus zaman (bagi sebagian orang), namun perayaan kesenian dan kebudayaan masih terus digelar.
Dalam acara pesta pernikahan misalnya, upacara adat masih terus dijalankan: Melengkan, Mah baiyi, Mah beru, Man Pasir, Ngin te dll. Untuk memeriahkannya, tak jarang turut dihiasi dengan tarian, seperti Saman, Bines, Didongdan Debus.
Terkhusus Tari Saman, walaupun pada salah satu prinsipnya setiap Kampung merayakannya pada saat Hari besar yang dibarengi dengan bergelimangnya harta---setelah panen raya, karena secara umum penduduk Gayo Lues adalah petani.
Namun setelah Lebaran kemaren, yang pada umumnya memang waktunya pagelaran Saman, bertujuan untuk memeriahkan hari besar itu sambil bersilaturahmi. Begitu lazimnya. Saat itu, menurut perkiraan penulis Bumi yang dikelilingi Taman Nasional Gunung Leuser ini akan sepi dari gema tarian Saman, tapi ternyata salah besar---Tarian Saman bergema hampir di setiap sudutnya.
Pertimbangan asumsi yang saya ambil, karena ekonomi masyarakat sedang cekak-cekaknya. Mulai dari barang pertanian yang laku tidak sedang panen dan barang yang panen tidak berharga/murah: seperti cabe, bawang merah dan tembakau.
Ada satu komoditas yang menjadi andalan kebanyakan masyarakat: Minyak Atsiri. Saat pra dan awal Ramadan harganya masih tergolong tinggi. Namun, memasuki minggu kedua, harganya mulai menurun, serta mendekati lebaran sudah tidak laku, seperti biasanya. Dan sampai sekarang harga "malaikat penolong itu" masih belum stabil.
Walau pun begitu, yang namanya cinta, seperti kata pepatah "dari batu pun dipecah, dari kayu pun dibelah", seperti itu kira-kira. Jadinya, walau pun tidak dengan upacara Saman yang menelan biaya tinggi (dua hari dua malam), yang ringan (satu malam) pun harus jadi.
Akhirnya, siapa lagi yang meragukan kecintaan kami akan seni dan budaya?
Lain lagi, rencananya pada tanggal 13 Agustus nanti, pagelaran yang lebih "wah" kembali akan digelar: Saman Massal 10001 Penari. Yang berbeda dengan tahun 2014 lalu, acara ini akan didahuli dengan adanya tarian Bines. Meski pun jumlah penari tidak sama, kabarnya sekitar 500 an, acara selingan ini pasti akan menambah decak kagum dari para penonton.
Dalam rancangannya acara akbar itu akan menelan biaya yang super besar, yaitu 10,8 Milyar. Karena besarnya anggaran untuk pagelaran tarian yang "keras" dan tabu dilakukan oleh perempuan itu, terdapat perbedaan pendapat dalam masyarakat: antara setuju dan menolak.
Ditengah perdebatan yang masih memanas, pihak pemerintah terus melakukan promosi.