“Sering. Kita sering rugi. Kadang hanya balik modal, tak jarang juga tidak. Jadi itu semacam perjudian.”
Memang patokan harga sebelumnya sudah diinformasikan melalui telpon oleh jaringan dari tujuan pemasaran. Namun, proses pengiriman barang memakan waktu semalam, biasanya pengiriman setelah maghrib dan tibanya pagi, tentu informasi harga sebelumnya tidak berlaku lagi, sebab sudah ada pergeseran harga. Dengan adanya informasi melalui seluler tersebut cukup menjadi modal para Tauke memasang taruhan, berani membeli barang banyak.
Karena Tauke yang saya tanya telah mampu mengoperasikan internet, selain telpon Ia mengambil referensi dari Internet untuk pengiriman barang. Misalnya mencari informasi pangsa pasar yang paling baik dari daerah pemasarannya, daerah yang paling berpeluang meraup untung akan menjadi prioritas pengiriman. Sehingga Ia Tauke yang paling berani membeli barang dengan jumlah besar, kualitas tidak pandang bulu dan yang paling jarang rugi. Orang-orang yang mencoba peruntungan menjadi Tauke sudah banyak gulung tikar karena tidak mampu menebak ‘untung’.
Jadi, para pengepul di daerah pedalaman sangat bergantung pada Teknologi dan informasi, terkhusus jenis barang yang rentan rusak dan harganya tidak stabil.
Selain itu, Internet juga sangat bermanfaat bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM). Karena melalui internet dapat menambah mitra usaha di luar daerah, mencari pembelajaran dan melakukan pemasaran produk di internet (online).
Sekilas UKM dan IKM memang tidak terlalu menarik, namun kenyataannya cukup berperan besar dalam pembangunan prekonomian, . Hal itu karena jumlahnya yang begitu besar, sehingga mampu menyerap tenaga kerja besar pula, juga menyumbang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan tahan terhadap guncangan pasar global.
Umumnya UKM dan IKM memiliki SDM yang rendah, walaupun pemerintah telah melakukan pendampingan, tetap saja belum sepenuhnya tersentuh, terutama di daerah-daerah dengan status terisolir.
Dengan adanya jasa layanan telekomunikasi, setidaknya bagi sebagian Pelaku Usaha/Industri Kecil yang terpinggirkan dapat mandiri, karena semua jenis pemecahan masalah tersedia di Internet.
Hal itu, sesuai dengan pelaku Industri Keripik Pisang di daerah penulis, pada satu-satunya sentra Keripik Pisang, di jalan lintas Kabupaten juga lintas provinsi; SUMUT, tepat di Kampung Singah Mulo, Kecamatan Putri Betung. Hampir semua penduduk pada salah satu Dusunya, tepat di wisata pemandian Air Panas, melakukan pengolahan Keripik Pisang. Alasannya karena berada di lokasi wisata juga lintas daerah.
Karena produknya hanya Keripik Pisang dan Keripik Ubi biasa saja (asin) dan tidak ada kreasi warna, pada suatu waktu sambil ngopi di warung salah satu produsen, saya pernah bertanya: kok Keripiknya begini semua Buk?
Ibuk itu mengaku selanjutnya akan dilakukan disversifikasi terhadap produknya, ala Lampung begitu: didalamnya aneka rasa dan penampakan produk (warna-warni). Harapannya selain warnanya yang bikin ngiler juga dilengkapi dengan Keripik Pisang rasa Barbeque, Jagung, Vanili, Coklat, Keju dll, dan kemungkinan ada rasa Ayam juga. Wah.