“Masya Allah, masih sempat-sempatnya bersepeda dengan Valentino Rossi disaat rakyatnya masih ditimpa musibah banjir, Masya Allah pak Jokowi, kok tega,” gumamku dalam hati saat membaca sebuah dari sebuah media online ternama.
Jokowi Akan Bersepeda Bareng Valentino Rossi, itulah judul berita dimaksud. Sontak aku kaget dan geleng-geleng kepala. Seorang Jokowi yang terkenal blusukan, bisa-bisanya 'hura-hura' disaat warganya masih merasakan derita akibat musibah banjir di Jakarta.
Mulanya berita itu diposting oleh rekanku dari sebuah jejaring sosial. Bila kubandingkan, dari 20 komentar
[caption id="attachment_290438" align="aligncenter" width="499" caption="Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengenakan konstum Persija dan bersepeda menuju Balaikota, Jumat (3/1/2014). (Foto: KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO)"][/caption] yang ada, hanya tiga pengguna jejaring sosial tersebut yang kontra terhadap pemberitaan tentang Jokowi kali ini, namun yang paling menarik bagiku adalah sebuah komentar dari seseorang yang nyeletuk, “Mendingan suruh berendem dikampung pulo ajah noh liat msh kelelep” .
Aku kira seorang Jokowi tidak akan mementingkan sebuah ‘pencitraan’, namun fakta berkata lain, Jokowi jauh panggang daripada api. Jika benar Jokowi akan ikut bersepeda Jum’at (17/1), maka benar pula label pencitraan yang melekat padanya.
Aku yakin Jokowilovers akan menyerangku pada tulisan kali ini, tetapi tidak peduli, karena seorang Jokowi harus ditegur, sebab banyak yang cinta Jokowi. Tetapi tidak sedikit para pengungsi banjir yang lebih penting untuk diperhatikan daripada asyik bersepeda dengan ‘the docter’.
Pada akhirnya semua pihak berharap, Jokowi terus blusukan di sejumlah lokasi banjir, karena para korban banjir tidak dapat bersepeda, bahkan kendaraan mereka nyaris tidak dapat digunakan. Jadi pak Jokowi, tunggu apalagi? Lupakan acara di Balai Kota, mari turun bantu korban banjir.