Mohon tunggu...
Gayatri Jaya Wardani SS
Gayatri Jaya Wardani SS Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, pengamat bahasa dan budaya, peminat sejarah, guru bahasa, penerjemah

Suka menulis, membaca, memasak, belajar bahasa, dan traveling. Konten yang paling disukai sekitar bahasa, budaya, sejarah, dan sosial-kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Teknik Penerjemahan Bahasa Inggris ke Bahasa Jawa

17 September 2024   22:47 Diperbarui: 18 September 2024   10:20 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa seringkali diterjemahkan kata per kata. Dalam kasus tertentu, hal tersebut dapat dilakukan pada dua bahasa yang kebetulan memiliki pola dan struktur yang sama di tingkat kata, frasa atau kalimat sederhana. Namun, bagaimana jika sebuah kata atau kalimat sulit diterjemahkan ke dalam bahasa yang jelas-jelas memiliki struktur dan pola yang berbeda, seperti halnya bahasa Inggris dan bahasa Jawa? Ada dua hal penting yang patut diperhatikan. Yang pertama pemahaman budaya dan bahasa, dan yang kedua teknik penerjemahan.

Pemahaman Budaya dan Bahasa

Sangat penting untuk memahami budaya bahasa sumber dan bahasa target. Misalnya, bahasa Jawa tidak memiliki padanan kata atau frasa dalam bahasa Inggris untuk they, we (eksklusif), autumn, winter, have a nice dream; sedangkan bahasa Inggris tidak memiliki padanan kata atau frasa dalam bahasa Jawa untuk bedhidhing, weton, ngenger, kesrimpet jarik. Dalam bahasa Inggris, digunakan “How are you” untuk menyapa seseorang, sedangkan dalam bahasa Jawa “Badhe tindak pundi”. Lalu, kata wingi dalam bahasa Jawa tidak selalu bisa dipadankan dengan tomorrow dalam bahasa Inggris. Wingi dalam bahasa Jawa bisa merujuk kepada hari kemarin, minggu yang lalu, bahkan tahun lalu. Contoh, “Wingi pas aku liwat kono, omahe wis diedol.” Tidak jelas yang dimaksud wingi itu kapan.

Selain budaya, sangatlah penting untuk menguasai, baik bahasa sumber maupun bahasa target. Ini tidak hanya mencakup masalah makna kata, tetapi juga penggunaannya secara luas dalam masyarakat. Setiap bahasa memiliki konteks, sinonim, idiom, dan peribahasa yang berbeda. Hal-hal semacam itu tidak bisa diterjemahkan kata per kata. Sebagai contoh, peribahasa bahasa Inggris “Like father like son” diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa “Kacang ora ninggal lanjaran”. Dalam kasus ini, bahasa Inggris menggunakan unsur manusia, sedangkan bahasa Jawa menggunakan unsur alam (tanaman).

Teknik Penerjemahan

Pertama, terjemahan kata per kata jika memungkinkan. Kalimat “She eats papaya” dapat diterjemahkan menjadi “Dheweke mangan kates”.

Kedua, jika tidak bisa diterjemahkan kata per kata, sebuah kalimat bisa diubah strukturnya. Contoh: “I have told him, but he did not listen to me” menjadi “Lah, wis tak omongi tetep ngeyel, kok”, atau “Wis tak kandhani, ndablege ora jamak.” Perubahan struktur juga dapat dilakukan dengan pelesapan (penghilangan) subjek. Hal tersebut terlihat dalam kalimat “We had planned to have a party, but it all went pear-shaped because of the rain” yang dapat diterjemahkan “Wingi rencanane arep mangan-mangan, nanging ora sido merga udan”.

Ketiga, penerjemahan makna. Contoh kasus, ada seseorang yang membual bahwa dulu dirinya adalah seorang pemain sepak bola yang hebat. Lalu, lawan bicaranya menanggapi dengan nada mencibir, “That’s rubbish. You were never in a team.” Cibiran tersebut dapat diterjemahkan menjadi “Ora mungkinlah, lha wong melu bal-balan wae ora tau.” Dalam kasus ini, meskipun penerjemahan ke dalam bahasa Jawa tidak dilakukan kata per kata, maknanya tetap sama.

Keempat, penggunaan kata serapan. Saat ini, orang-orang sudah terbiasa menggunakan kata serapan, terutama dalam percakapan sehari-hari. Kata serapan bisa berasal dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya. “When the shaking stops, if there are official warnings of a tsunami, move immediately to a safe place as high and as far inland as possible” dapat diterjemahkan menjadi “Wektu lindhune mandheg, trus ana peringatan tsunami, kudu cepet-cepet mlayu ing panggonan sing adoh utawa dhuwur.” Kalimat ini menggunakan kata serapan peringatan dan tsunami.

Teknik penerjemahan yang tepat dapat membuat sebuah teks atau berita lisan lebih mudah dimengerti sehingga pesannya sampai kepada pembaca atau pendengar dengan jelas. Terjemahan yang dihasilkan juga menjadi lebih wajar dan menarik. Hal ini akan menimbulkan kepuasan, baik bagi penerjemah maupun pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun