Seperempat perjalanan dari masa kontrak 2 tahun sudah dilalui, artinya 6 bulan lebih saya telah menjalankan amanah yang tertuang dalam pembukaan UUD 45 yaitu mencerdaskan anak bangsa, lebih tepatnya amanah sebagai seorang guru di Sabah-Malaysia. Sejak awal saya menyadari bahwa amanah ini amatlah berat, namun bukanlah menjadikan alasan bagi saya untuk menolaknya. Betapa tidak, sejak awal yang terbayangkan, kelak saya akan mengajar anak-anak TKI di luar negeri dengan kultur dan kondisi yang jauh berbeda dengan Tanah Air. Yang saya ajar dan didik bukanlah anak-anak TKI yang tinggal di kota dengan fasilitas hidup dan pembelajaran yang lengkap dan mendukung, namun yang saya ajar dan didik adalah anak-anak TKI yang tinggal di perkebunan kelapa sawit. Mereka tinggal di estate (perumahan) yang disediakan oleh pihak ladang kelapa sawit, dimana estate tersebut jauh dari akses perkotaan, estate tersebut ada di tengah-tengah hutan kelapa sawit. Bahkan mereka harus berkejaran dengan polisi setempat ketika sidak penduduk illegal dilakukan, sebagian besar dari mereka adalah penduduk illegal dikarenakan tidak memiliki berkas kependudukan. Itulah potret masa depan bangsa yang ada diperkebunan kelapa sawit di Sabah. Bagaimanapun juga mereka adalah bagian dari bangsa kita yang menentukan masa depan bangsa kelak.
Jauhnya akses perkotaan dari tempat tinggal saya mengakibatkan sulitnya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Untuk sekedar mencari sayur mayur dan buah-buahan saja sulitnya luar biasa dan harganya pun mahal. Bahkan sehari-hari saya sudah terbiasa makan hanya dengan bertemankan mie dan telur, karena itulah yang ada di ladang.
Meskipun demikian, tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap mendidik mereka. Karena pada dasarnya merekapun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan layaknya anak-anak Indonesia di negaranya sendiri dan hal ini menjadi tanggungjawab negara seperti yang terkutip dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Negara berkewajiban melaksanakan penyelenggaraan pendidikan wajib belajar 9 tahun untuk setiap warga Negara baik yang tinggal di wilayah NKRI maupun di luar negeri. Dengan dasar inilah saya tidak bisa mengabaikan hak-hak mereka dalam mendapatkan layanan pendidikan terutama diluar negeri. Bagi saya amanah ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri, saya memandang amanah ini adalah amanah yang mulia yang tak sekedar mentransfer ilmu kepada peserta didik namun lebih dari itu. Selain sebagai seorang pengajar, saya pun seorang pendidik. Mengajar dan mendidik masing-masing memiliki makna yang berbeda, mengajar berkaitan dengan how to transfer knowledge sedangkan mendidik berkaitan dengan how to change behaviour. Dua peran inilah yang sejatinya harus disadari dan melekat pada diri seorang guru.
Berdasarkan kontrak kerja, saya ditugaskan untuk mengajar anak-anak TKI yang bersekolah di Pusat Bimbingan Belajar Humana pada tingkat Sekolah Dasar (SD) di ladang Morisem 3. Melihat kondisi disini saya sangat prihatin terhadap anak-anak tersebut, karena saat itu mereka hanya bisa bersekolah sampai pada tingkat SD saja, sedangkan mereka dan orang tuanya berharap besar untuk dapat melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Untuk dapat melanjutkan ke sekolah formal saja mereka terbentur dengan legalitas diri dan biaya. Sedangkan untuk anak-anak usia SMP, di sini pemerintah melalui Kemendikbud dan tentunya KJRI Kota Kinabalu sudah mendirikan Community Learning Center (CLC) yang sebenarnya aplikasi dari konsepsi SMP Terbuka, tapi karena aturan di negara Malaysia harus menggunakan nama itu maka yang terdaftar di Kementerian Pelajaran Malaysia adalah sebagai CLC walau aplikasinya menggunakan konsep SMP Terbuka di bawah binaan Direktorat Pendidikan Dasar Sub PSMP. Demi memberikan pelayanan pendidikan kepada mereka, maka saya memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dengan menjadi guru bina untuk anak-anak SMP terbuka. Kenapa keluar dari zona nyaman, karena pembelajaran dilaksanakan pada waktu sore dan malam hari, sehingga praktis demi mereka saya dedikasikan diri saya untuk mengajar mereka dengan menghilangkan waktu luang saya. (bersambung)
Demikanlah tempat duduk saya saat mengajar, mejapun tidak ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H