Agung anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir di Kota Batusangkar, Sumatera Barat kemudian pindah ke suatu kampung yaitu Padang Sibusuk, Sumatera Barat pada kelas 2 SD, mereka sekeluarga memulai kehidupan baru di kampung itu, Agung sendiri juga harus mengenal teman teman baru dan orang orang baru yang ada di sekitarnya, keluarga tersebut mempunyai tanah di kampung tersebut dan sekelompok investor datang menemui keluarga Agung untuk menggarap tanah tersebut untuk dijadikan tambang emas, karena pada saat itu tambang emas sedang marak. Semenjak saat itu ekonomi keluarga Agung sangat meningkat pesat karena dari hasil tambang tersebut, kemudian keluarga Agung memutarkan uang dengan membuka suatu usaha kedai kelontong atau warung, namun sayangnya warung tersebut tidak bertahan lama hanya sekitar 2 tahunan.
Setelah tamat SMP Agung kembali ke Batusangkar hidup dengan pamannya, semenjak tamat SMP Agung sudah mulai menghadapi hidup yang lumayan keras "sampai sampai gua harus menjadi tukang parkir di pasar buat nyari duit jajan karena buat berharap uang jajan ke orang tua susah banget soalnya keluarga juga lagi susah dan gua juga gamau nyusahin orang tua" ujar Agung. Pada saat kelas 2 SMK Agung mendapat kabar bahwa Ayahnya sakit sakitan 5 bulan kemudian saat Agung sedang menjalani ujian tengah semester Agung dipanggil guru dan harus pulang duluan karena ada kepentingan dirumah kata sang guru, pada saat sampai rumah, keluarga bilang ke Agung sang Ayah masuk rumah sakit lagi dengan cepat Agung langsung mengganti pakaian dan menuju rumah sakit. Selama dua hari Agung bolak balik dari sekolah ke rumah sakit karena ketinggalan ujian, dihari ke empat ujian sang Ayah berkata "Nak, jangan sekolah dulu karena Bapak masih ingin kau disini" lalu Agung menjawab "Aku masih ada ujian Pak". Kemudian Ayah memaksa untuk tidak ujian dulu dan Agung mengiyakan paksaan tersebut. Keesokan harinya karena dari malam belum makan Agung pamit kewarung untuk membeli sarapan sekalian membeli bubur untuk Ayahnya setelah balik lagi ke kamar, Agung langsung ke toilet karena sakit perut dan kemudian pas lagi di toilet Agung mendengar suara heboh diluar dan langsung panik dia pun keluar ternyata sang Ayah sedang mengalami kejang kejang dan Ibu Agung menangis lalu menyuruh Agung ke resepsionis untuk mengabarkan ke suster bahwa sang Ayah sedang kejang kejang, dan kemudian dokter pun datang dengan membawa defibrillator dan pada saat pengecekan ketiga di layar monitor sudah tidak ada denyut jantung dan dokter mengecek nadi dan dokter pun berkata "yang sabar ya dik, Bapak sudah tidak ada". Seketika keluarga pun kaget, semua menangis dan sang Ibu pingsan, beberapa jam kemudian keluarga menyiapkan untuk pemakaman.
Kemudian Agung tidak mau berlarut larut dalam kesedihan dan memulai kehidupan barunya. Saat lulus SMK Agung punya keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas namun, tidak jadi karena melihat ekonomi keluarga sedang tidak baik baik saja semenjak ditinggalnya sang Ayah. Dan sang Ibu pun harus menjadi tulang punggung keluarga, kemudian Agung memutuskan untuk kerja serabutan di kampung halaman selama dua tahun. "gua capek kehidupan gua gini gini aja yaudah lah gua mutusin buat ngerantau ke Bandung" kata Agung.
Sampailah Agung di Bandung, Agung langsung kerja di usaha saudara yang bertempat di Buahbatu, Bandung disana Agung mulai merintis karirnya sebagai pegawai toko dengan pendapatan per bulan sekitar Rp 1.800.000 dari uang tersebut Agung harus membagi bagikan untuk kirim ke orang tua dikampung, untuk makan, untuk transportasi bekerja, kebutuhan lainnya. Disana Agung hanya bertahan sekitar 4 bulan karena Agung ingin pengalaman yang lain di tempat kerja yang baru, kemudian Agung lngsung mencari kost di Cimahi. Di Cimahi Agung menemukan teman baru yang mengajarkan Agung untuk berjualan online, dikarenakan untuk bertanya ke teman itu susah Agung memutuskan untuk mengulik sendiri sampai bisa. Karena online shop menurun Agung terpaksa harus memberhentikan jualan online, semenjak sudah tidak berjualan online ekonomi Agung menurun kembali dan memutuskan untuk meminjam motor temannya dan menjadi ojek online, hingga saat ini Agung bekerja di suatu street food di Dipatiukur untuk menghidupi dirinya dan keluarga di kampung, dan sampai saat ini Agung sudah menginjak 4 tahun di tanah rantau dan belum kembali ke kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H