Mohon tunggu...
Gavin Azmi
Gavin Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Hobi Olahraga dan juga menyukai Otomotif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dampak Perang Ukraina terhadap Pasokan Gas Alam Eropa Menghadapi Krisis Energi yang Semakin Memburuk Akibat Perang Ukraina

31 Januari 2025   18:53 Diperbarui: 31 Januari 2025   18:53 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Ilustrasi Perang Ukraina/Rusia, (Sumber : cnbcindonesia.com))

Eropa kini berada di tengah-tengah krisis energi yang semakin memburuk, setelah konflik yang berlarut-larut di Ukraina menyebabkan gangguan signifikan pada pasokan gas alam yang vital.

Dalam beberapa bulan terakhir, negara-negara Eropa telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, sementara harga energi terus meroket, membebani konsumen dan industri di seluruh benua.

Konflik yang dimulai pada Februari 2022 telah menyebabkan Rusia, yang sebelumnya menjadi pemasok gas alam utama Eropa, mengurangi atau bahkan menghentikan pengiriman gas. Hal ini membuat negara-negara Eropa harus mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, dengan fokus pada impor gas dari negara-negara lain, peningkatan penggunaan energi terbarukan, serta penyimpanan gas dalam jumlah besar.

(Foto Pemandangan sistem jaringan pipa (Sumber: Kompas.id))
(Foto Pemandangan sistem jaringan pipa (Sumber: Kompas.id))

Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), Eropa menghadapi tantangan besar dalam menghadapi musim dingin 2025, dengan cadangan gas yang lebih rendah dari biasanya. "Kami memperkirakan bahwa jika konflik berlanjut dan pasokan gas dari Rusia tetap terhambat, Eropa akan menghadapi ancaman besar terhadap keamanan energinya," kata Dr. Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA.

Pemerintah Eropa telah mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi dampak krisis ini. Negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Belanda telah mempercepat pembangunan infrastruktur terminal LNG (Liquefied Natural Gas) untuk mengimpor gas dari sumber alternatif, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah. Namun, logistik dan harga energi yang tinggi membuat transisi ini sulit dan mahal.

Di sisi lain, konsumen Eropa juga mulai merasakan dampak langsung dalam tagihan energi mereka. Banyak rumah tangga dan bisnis kecil mengalami kesulitan ekonomi yang signifikan, dengan beberapa negara seperti Inggris dan Jerman melaporkan lonjakan harga gas hingga 200% dibandingkan tahun lalu.

Pemerintah Eropa telah memberikan subsidi untuk mengurangi beban pada konsumen, namun beberapa ahli memperingatkan bahwa solusi jangka panjang harus melibatkan investasi lebih besar dalam energi terbarukan dan efisiensi energi.

(Foto Sejumlah warga berjalan kaki di dekat deretan bangunan yang rusak di Mariupol (Sumber: antaranews.com))
(Foto Sejumlah warga berjalan kaki di dekat deretan bangunan yang rusak di Mariupol (Sumber: antaranews.com))

Alternatif Energi dan Solusi Jangka Panjang

Meskipun tantangan besar, krisis ini juga memacu peralihan ke energi terbarukan yang lebih cepat. Negara-negara seperti Spanyol dan Denmark telah melipatgandakan proyek energi surya dan angin. Selain itu, beberapa negara Eropa juga meningkatkan investasi dalam penyimpanan energi dan teknologi hidrogen sebagai solusi untuk menggantikan ketergantungan pada gas alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun